BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin dan
kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam kehidupan bermasyarakat,
berorganisasi / berusaha, berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan kemunduran
masyarakat, organisasi, usaha, bangsa dan megara antara lain dipengaruhi oleh
para pemimpinnya. Oleh karena itu sejumlah teori tentang pemimpin dan
kepemimpinanpun bermunculan dan kian berkembang.
Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan
pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam
ajarannya.Beberapa pedoman atau panduan telah digariskan untuk melahirkan
kepemimpinan yang diridai Allah swt, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan
manusia di dunia dan akhirat kelak.
Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah
wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan
dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak
seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada
Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan
tanpa taat”. Pentingnya
pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat
Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia
bukanlah negara Islam.
Namun dewasa
ini kalau kita melihat realita yang ada sulit sekali kita mendapati pemimpin
yang memiliki kriteria yang telah disebutkan di atas. Banyak pemimpin kita yang
sudah tidak lagi mementingkan nasib dan kemauan rakyat. Mereka hanya mementingkan
ego pribadi demi mementingkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan
keluarganya. Mereka tidak pernah tahu kalau suatu saat kepemimpinannya bakal
dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Adanya hal semacam ini dikarenakan
lemahnya tingkat keimanan seorang pemimpin sehingga dia mudah terpengaruh oleh
hal-hal yang negatif.
Berangkat
dari kenyataan yang terjadi tersebut, maka perlu adanya reformulasi ulang
terhadap bagaimana cara menjadi pemimpin yang senantiasa bertanggung jawab,
yang dapat mengarahkan, membimbing, menggerakkan, memberikan contoh yang baik,
dan memberikan kegairahan kerja, sehingga mampu mengantarkan apa yang
dipimpinya kearah yang lebih sempurna.
Berdasarkan pada uraian
diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dibatasi pada “Pengertian
kepemimpinan, Tugas dan Peran Pemimpin, dan Tanggung
Jawab Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemimpin
Disebutkan
dalam kamus lisanul arab, kata al-qaudu ”memimpin atau menuntun” lawan kata
dari as-sauqu ”menggiring”, seperti perkataan menuntun binatang dari depan dan
menggiring binatang dari belakang. Dalam makna bahasa ini terdapat isyarat yang
menarik. Intinya, posisi pemimpin adalah di depan agar menjadi petunjuk bagi
anggota-anggotanya dalam kebaikan dan menjadi pembimbing bagi mereka kepada
kebenaran.
Pengertian
pemimpin secara umum adalah orang yang mampu membimbing, mengontrol dan
mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa pemimpin merupakan seseorang yang menyebabkan
seseorang atau kelompok lain untuk bergerak menuju ke arah tujuan-tujuan
tertentu sehingga ia memiliki tanggung jawab agar orang yang dipimpinnya dapat
meraih tujuan yang akan dicapainya.
Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang
pentingnya kepemimpinan
dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah
kepemimpinan.
Mari kita simak dan tadaburi
diantaranya! Firman Allah SWT:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة:30(
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui”. (Al Baqarah: 30)[1]
Sedangkan
menurut Al-Maududi[2]
pengertian dari kepemimpinan adalah suatu proses yang membutuhkan tanggung
jawab dalam membimbing, mengontrol dan mempengaruhi pikiran, perasaan dan
tingkah laku seseorang ataupun kelompok sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan
yang diharapkan akan membawa seseorang atau kelompok tersebut menuju ke arah
yang lebih baik dan selalu berada dalam jalan kebenaran. Hal ini sesuai dengan
apa yang pernah disabdakan Rasulullah dalam sebuah hadis yang berbunyi:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ
الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ
رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ
عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ
عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه
Artinya: Diriwayatkan Abdullah bin Maslamah dari Malik
dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin umarr.aberkata :sayatelah mendengar
rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan di minta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta
pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan
di tanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara
rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan
seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik
majikannya juga akan ditanya dar ihal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian
pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang
dipimpinnya. ( HR. Bukhori, Muslim)[3]
Dalam sejarah
riyadhus shalihin dijelaskan, bahwa seorang wajib menegakkan keadilan dalam
diri dan keluarganya, dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Adil dalam
dirinya dengan tidak memberatkan pada sesuatu yang tidak diperintahkan Allah,
dia harus memperhatikannya hingga kepada masalah kebaikan, jangan memberatkan
dan membebankannya terhadap sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.
Demikian juga
wajib bersikap adil bagi seorang suami terhadap keluarganya. Seperti orang yang
memiliki dua orang istri, ia wajib bersikap adil diantara keduanya. Dan wajib pula bersikap adil kepada
anak-anaknya. Begitu pula bagi seorang istri yang juga seorang pemimpin dalam
rumah suaminya. Baik dalam menjaga harta suaminya dan tidak
menghambur-hamburkannya.[4]
Dalam pandangan Islam, seorang
pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah swt.untuk memimpin rakyat,
yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggung jawabannyaoleh Allah swt.
Dengan demikian, meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan
rakyatnya, karena ketidak adilannya, misalkan, ia tidak akan mampu meloloskan
diri dari tuntutan Allah swt. kelak di akhirat.
Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai
manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan
tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan
pengayom masyarakat, sebagaimana firman-Ny adalam al-Quran:
(٢١٥) ٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنَ ٱتَّبَعَكَ لِمَنِ جَنَاحَكَ وَٱخۡفِضۡ
Artinya : Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dari
kaum mukminin. (Q.S.asy-Syu’ara : 215)[5]
Didalam ayat
yang lain Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa
patuh dan ta’at kepada pemimpin. Hal ini sebagaimana firman Allah S.wt. dalam
surah An-Nisa’ ayat 59 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي
شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاًً (النساء:59)
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kesudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An-Nisaa: 59)[6]
Istilah Ulu al-Amr terdiri
dari dua kata Ulu artinya pemilik dan al-Amr artinya urusan atau
perkara atau perintah. Kalau kedua kata tersebut menjadi satu, maka artinya
ialah pemilik urusan atau pemilik kekuasaan. Pemilik kekuasaan di sini bisa
bermakna Imam dan Ahli al-Bait, bisa juga bermakna para penyeru ke jalan
kebaikan dan pencegah ke jalan kemungkaran, bisa juga bermakna fuqaha dan
ilmuan agama yang taat kepada Allah SWT.[7]
Dilihat dari akar katanya, term al-Amr
terdiri dari tiga huruf hamzah, mim dan ra, ketiga huruf
tersebut memiliki lima pengertian, yaitu; perkara, perintah, berkat, panji dan
keajaiban[8] Kata al-Amr itu sendiri merupakan
bentuk mashdar dari kata kerja Amara-Ya`muru artinya menyuruh
atau memerintahkan atau menuntut seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Dengan
demikian term Ulu al-Amr dapat kita artikan sebagai pemilik kekuasaan
dan pemilik hak untuk memerintahkan sesuatu. Seseorang yang memiliki kekuasaan
untuk memerintahkan sesuatu berarti yang bersangkutan memiliki kekuasaan untuk
mengatur dan mengendalikan keadaan.[9]
Meskipun Islam mewajibkan umatnya agar taat kepada
pemimpin, namun ketaatan itu tidak bersifat mutlak. Hilal[10]
mengemukakan pendapatnya bahwa: Ketaatan rakyat kepada pemimpin dibatasi oleh
beberapa persyaratan, yaitu:
1. Pemimpin dimaksud memiliki komitmen kepada syari’at
Islam dengan menerapkannya dalam kehidupan. Ali bin Abi Thalib berkata, “Wajib
bagi imam (pemimpin) memerintah dengan aturan yang diturunkan Allah Swt. dan
menyampaikan amanah. Apabila ia melaksanakan demikian, maka wajib bagi rakyat
menaatinya.”
2. Pemimpin
harus adil.
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (النساء:58(
Artinya :“Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS An-Nisa`: 58)[11]
Pemimpin dimaksud tidak menyuruh manusia melakukan maksiat. Islam menyuruh
kita melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Maka ketika ada pemimpin
mengajak dan membiarkan kemaksiatan merajalela, seperti minuman keras, zina,
riba, korupsi, dan bentuk kejahatan lainnya, maka kita tidak boleh menaatinya.
Sebaliknya, kita harus meluruskannya. Laa thaa’ata limakhuluuqin fii
ma’shiyatil khaliq (tidak ada ketaatan kepada pemimpin yang mengajak
maksiat kepada Allah SWT).[12]
Oleh karena itu, Hilal Sayid al-Wakil[13]
mengemukakan pendapatnya, bahwa: seorang pemimpin harus memiliki
sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu:
1. Muslim
2. Berilmu
3. Adil
4. Memiliki kemampuan memimpin (skill kepemimpinan)
5. Sehat jasmani sehingga dapat menjalankan
tugas-tugasnya.
B. Tugas dan Peran Pemimpin
a. Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen,[14]
tugas utama seorang pemimpin adalah:
1.
Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan
mempertanggung jawabkan (akuntabilitas).
Seorang
pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan
evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jaProses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan
tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan
konseptual
Seorang
pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan
pekerjaan lain.
5. Pemimpin adalah seorang mediator
Konflik
selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang
pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat,
seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan
b. Peran Peminpin
Kepemimpinan
bersifat kreatif, adaptif, dan berhubungan dengan ketangkasan. Kepemimpinan melihat
jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya di permukaan dan di dalam
organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin dalam
organisasi, yakni [15]:
1.
Menciptakan visi
Seorang
pemimpin bertugas membuat visi bagi organisasinya. Visi adalah pernyataan
tentang cita-cita organisasi apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti
apa sebuah organisasi. Visi harus bisa menyatukan kepentingan yang
berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan keputusan dalam
organisasi. Visi akan membantu pemimpin dan timnya dalam menghadapi tantangan
perusahaan.
2.
Membangun tim
Seorang
pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi yang
tepat. Agar tidak sampai salah memilih anggota tim, tidak ada salahnya jika
pemimpin meluangkan waktu untuk mewawancarai calon karyawan yang akan direkrutnya.
3.
Memberikan penugasan
Pemimpin
yang baik mengenal anak buahnya dengan baik. Dia dapat menganalisa anggota
timnya dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang tepat sesuai dengan
kompetensinya. Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggota timnya
sesuai dengan keahlian dan passion mereka masing-masing.
4.
Mengembangkan orang
Jaman telah
berubah. Dulu, banyak orang yang setia bekerja di satu tempat untuk waktu yang
lama. Tetapi sekarang, banyak orang tidak ragu untuk berpindah-pindah tempat
kerja karena merasa tidak bisa berkembang di suatu tempat. Mereka ingin belajar
dan menjadi lebih pintar. Seorang pemimpin harus memahami hal tersebut. Ia
harus bisa membaca potensi orang-orang yang dipimpinnya, serta mengembangkan
kemampuan dan value mereka.
5.
Memotivasi anak buah
Tim yang
bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang sehat. Untuk menjaga semangat
tim, pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Tim yang
bahagia dan bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi
mencapai target dan kesuksesan organisasi.
Menurut
Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan,
1. Peran hubungan antar perorangan,
dalam
kasus ini fungsinya sebagai pemimpin
yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal
sebagai
monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan
berfungsi
sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator
C. Tanggung Jawab Pemimpin dalam Manajemen
Sumber Daya Manusia
Tanggung jawab seorang pemimpin[16]
dalam manajemen SDM adalah :
1.
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
untuk memperoleh hasil yang ditargetkan yang telah menjadi kesepakatan bersama.
2.
Mengembangkan dan memperbaiki sistem
agar program pengembangan mutu SDM berhasil sesuai harapan.
3.
Melaksanakan beberapa hal yang benar
“People who do the right thing” (karakter seorang pemimpin) dan
melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “People who do things right” (karakter
seorang manajer).
4.
Menentukan suatu elemen manajemen
mutu SDM yang dibuktikan nyata dalam pelaksanaan program untuk pencapaian
tujuan.
Sumber daya
manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Secara
makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan
finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan
kesejahteraan rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan faktor
SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pelajaran yang dapat dipetik
dari berbagai negara maju adalah, bahwa kemajuan yang dicapai oleh
bangsa-bangsa di negara-negara tersebut didukung oleh SDM yang berkualitas.
Jepang, misalnya, sebagai negara pendatang baru (late comer) dalam
kemajuan industri dan ekonomi memulai upaya mengejar ketertinggalannya dari negara-negara
yang telah lebih dahulu mencapai kemajuan ekonomi dan industri (fore
runners) seperti Jerman, perancis dan Amerika dengan cara memacu
pengembangan SDM [17]
Islam adalah
agama yang sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Swt (Hablum minallah)
maupun hubungan dengan manusia (Hablumminannas), termasuk di antaranya
masalah kepemimpinan di pemerintahan. Karena kepemimpinan merupakan suatu
amanah maka untuk meraihnya harus dengan cara yang benar, jujur dan baik. Dan
tugas yang diamanatkan itu juga harus dilaksanakan dengan baik dan bijaksana.
Karena itu pula dalam menunjuk seorang pemimpin bukanlah berdasarkan golongan
dan kekerabatan semata, tapi lebih mengutamakan keahlian, profesionalisme dan
keaktifan.
Kepemimpinan
di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna
tanggungjawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah
SWT.mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. Allah
SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula
yang mencabut kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya (lihat : al-Qur’an
surat Ali Imran : 26).
È@è% ¢Oßg¯=9$# y7Î=»tB Å7ù=ßJø9$#
’ÎA÷sè? šù=ßJø9$#
`tB âä!$t±n@
äíÍ”\s?ur šù=ßJø9$#
`£JÏB âä!$t±n@
–“Ïèè?ur
`tB âä!$t±n@
‘AÉ‹è?ur
`tB âä!$t±n@
( x8ωuŠÎ/
çŽöy‚ø9$#
( y7¨RÎ)
4’n?tã
Èe@ä. &äóÓx«
փωs% ÇËÏÈ
Artinya : Katakanlah: “Wahai
Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.[18]
Adanya
kesadaran seorang mu’min terhadap hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap kepribadiannya, ketika ia memegang kekuasaan, ia akan tetap bersikap
rendah hati, tidak ada keangkuhan dalam dirinya sedikit pun, tidak akan
menyelewengkan kekuasaannya dalam bentuk apa pun, dan ia gunakan kekuasaannya
itu sebagai alat untuk menghambakan dirinya dan alat untuk mencapai ridha Allah
SWT. Sehingga ia akan betul-betul melaksanakan amanah dan tanggung jawab
jabatannya seoptimal mungkin untuk kepentingan masyarakat, bukannya untuk
memenuhi kepentingan-kepentingannya pribadi maupun golongan-golongan tertentu
saja. Karena, dalam kehidupan bermasyarakat, diperlukan adanya pemimpin yang
mengatur, membawahi, dan mengarahkan kehidupan masyarakat itu. Pemimpin harus
menjadi abdi masyarakat. Dia harus melayani dan menjadi fasilitator bagi
keperluan-keperluan rakyat.
Agar
diperoleh SDM yang bermutu, pekerjaan yang dilaksanakan akan menghasilkan
sesuatu yang memang dikehendaki antara lain kesesuaian jabatan dan pekerjaan
dengan kemampuan, kecakapan, ketrampilan, kepribadian, sikap dan perilaku.
sehingga pekerjaan itu dapat diselesaikan sesuai rencana.
Peningkatan mutu sumber daya manusia antara lain adalah :
Peningkatan mutu sumber daya manusia antara lain adalah :
1. Menyiapkan seseorang pada suatu saat mampu
diserahi tugas yang sesuai.
2. Memperbaiki
kondisi seseorang yang merasa sedang ada kekurangan pada dirinya diharapkan mampu mengemban tugas
sebagaimana mestinya.
3.
Mempersiapkan seseorang untuk diberi
tugas tertentu yang lebih berat dari tugas yang sedang dikerjakan
4.
Melengkapi seseorang dengan hal-hal
yang mungkin timbul disekitar tugasnya, baik yang langsung maupun yang tidak
langsung berpengaruh terhadap pelaksanaan tugasnya.
5.
Menyesuaikan seseorang kepada tugas
yang mengalami perubahan
6.
Menambah
keyakinan dan percaya dari kepada seseorang bahwa dia adalah orang yang sesuai
dengan tugas yang sedang diembannya.
7.
Meningkatkan wibawa seseorang dari
pandangan bawahan maupun orang lain baik teman sejawat maupun para relasinya[19]
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan, bahwa tanggung
jawab pemimpin dalam meningkatkan Sumber Daya manusia ( SDM) pada dasarnya
adalah sebuah proses dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM). Selain itu penggunaan istilah “manajemen” mempunyai
implikasi, bahwa kegiatan tersebut harus dilaksanakan sebagai proses manajemen
umum, yang dimulai dengan penetapan sasaran dan di akhiri dengan evaluasi.
Proses tersebut pada garis besarnya terdiri dari lima kegiatan utama yaitu:
1.
Merumuskan
tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh karyawan dan rumusan tersebut
disepakati bersama.
2.
Menyepakati
sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk kurun
waktu tertentu. Termasuk dalam tahap ini adalah penetapan standar prestasi dan
tolak ukurnya.
3.
Melakukan
“monitoring”, melakukan koreksi, memberikan kesempatan dan bantuan yang
diperlukan bawahan.
4.
Menilai
prestasi karyawan tersebut dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai
dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap
penilaian ini harus tercakup pula kegiatan mengidentifikasi bidang-bidang yang
ada dan dirasakan terdapat kelemahan pada orang yang dinilai.
5.
Memberikan
umpan balik pada karyawan yang dinilai dengan seluruh hasil penilaian yang
dilakukan. Disini juga dibicarakan cara-cara untuk memperbaiki kelemahan yang
telah diketahui dengan tujuan meningkatkan prestasi kerja pada priode
berikutnya.[20]
Adapun teknik dasar
dalam proses pengembangan Sumber
Daya Manusia yang dijelaskan oleh Alqur’an yaitu :
1.
Rasa Empati
Firman Allah SWT dalam Al Quran
Surat At Taubah ayat 128
ô‰s)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qß™u‘ ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& ͕tã Ïmø‹n=tã $tB óOšGÏYtã ëȃÌym Nà6ø‹n=tæ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu‘ ÒOŠÏm§‘ ÇÊËÑÈ
Artinya :
Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.
(QS.At-Taubah:128)[21]
Konteks ayat ini adalah, seorang
pembimbing/pembina/pelatih perlu memosisikan diri sebagai pemimpin yang datang
seolah-olah berasal dari kaum yang sama. Seorang pembina diharapkan
memiliki sifat :
(a) Arif dan tahu standar kualitas masalah dan
kesulitan belajar peserta,
(b) Jiwa empatis terhadap kondisi psikologis
peserta,
(c) Orientasi kesuksesan terlatih, bukan
suksesnya mengajar,
(d) Pola pendidikan yang penuh
jiwa kasih sayang dengan menciptakan suasana belajar yang penuh ketundukan pada
mekanisme belajar dan saling memenuhi kewajiban masing-masing.
2.
Adanya Pengulangan
Potensi
insani yang memilki jiwa, rasa dan pikiran mempengaruhi kualitas kehendak dan
kekuasaan dalam mengaktualkan potensi tersebut. Oleh karena itu pelatihan perlu
dilakukan secara berulang-ulang.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Isra ayat 14 :
ù&tø%$# y7t6»tGÏ. 4’s"x. y7Å¡øÿuZÎ/ tPöqu‹ø9$# y7ø‹n=tã $Y7ŠÅ¡ym ÇÊÍÈ
Artinya :
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai
penghisab terhadapmu". ( QS.Al-Isra 14)
Al
Quran mengisyaratkan harus adanya proses pengulangan (up grading) dan pemantapan hasil pembinaan. Dalam praktiknya,
evaluasi kritis pelatihan perlu dilakukan untuk menguji kualitas keberhasilan
sebuah pelatihan.
3.
Perumpamaan dan Cerita
Firman Allah SWT dal Al-Qur’an
An-Nahl ayat 76 :
z>uŽŸÑur
ª!$#
WxsWtB
Èû÷,s#ã_§‘
!$yJèd߉tnr&
ãNx6ö/r&
Ÿw
â‘ωø)tƒ
4’n?tã
&äó_x«
uqèdur
<@Ÿ2
4’n?tã
çm9s9öqtB
$yJuZ÷ƒr&
–mgÅh_uqãƒ
Ÿw
ÏNù'tƒ
AŽösƒ¿2
(
ö@yd
“ÈqtGó¡o„
uqèd
`tBur
ããBù'tƒ
ÉAô‰yèø9$$Î/
uqèdur
4’n?tã
:ÞºuŽÅÀ
8LìÉ)tFó¡•B
Artinya :
Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang
bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya,
ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan
suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat
keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus (QS.An-Nahl:76)[22]
Demikian
Al Quran menegaskan tentang perlunya perumpamaan atau cerita dalam pelatihan
sebagai model kritik dan evaluasi sendiri atas refleksi kehidupannya sendiri.
Implkasinya adalah pentingnya sebuah pemberian mekanisme belajar untuk dapat
menarik kesimpulan atau hikmah dari suatu cerita.
4.
Widyawisata
Al
Quran memberikan suatu metode praktis dalam proses pelatihan, yaitu
berwidyawisata. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surah Ar-Rum ayat 9:
óOs9urr& (#rçŽÅ¡o„ ’Îû ÇÚö‘F{$# (#rãÝàYu‹sù y#ø‹x. tb%x. èpt7É)»tã tûïÏ%©!$# `ÏB öNÎgÎ=ö6s% 4 (#þqçR%Ÿ2 £‰x©r& öNåk÷]ÏB Zo§qè% (#râ‘$rOr&ur uÚö‘F{$# !$ydrãuHxåur uŽsYò2r& $£JÏB $ydrãuHxå ÷Làiø?uä!%y`ur Nßgè=ߙ①ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ( $yJsù šc%x. ª!$# öNßgyJÎ=ôàu‹Ï9 `Å3»s9ur (#þqçR%x. öNåk|¦àÿRr& tbqßJÎ=ôàtƒ ÇÒÈ
Artinya :
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka?
orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan Telah mengolah bumi
(tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang Telah mereka makmurkan.
dan Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan
tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.( QS. Ar-Rum: 9 )
Ayat-ayat
tersebut memberikan pelajaran bahwa widyawisata dapat memberikan pengalaman
langsung, empiris, aktual dan objektif. Aplikasinya dalam masa sekarang dikenal
sebagai outbond training.
5.
Uswah
Adanya
keteladanan dari pemimpin di lingkungan kerja merupakan metode yang efektif
dalam proses pelatihan dan pembinaan. Keberhasilan proses pelatihan bisa
dipengaruhi oleh uswah positif yang ada dilingkungan kerja yang akan membentuk
budaya organisasi. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran surah Al-Ahzab ayat 21 :
ô‰s)©9
tb%x.
öNä3s9 ’Îû
ÉAqß™u‘
«!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x.
(#qã_ötƒ
©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
Artinya :
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.( QS.Al-Ahzab 21) [23]
6.
Memberikan Ruang Praktikal
Memberikan
ruang praktik kepada peserta pelatihan merupakan satu jenis metode pelatihan
yang relevan untuk dikedepankan menrut Syaibany dalam buku Falsafah Pendidikan
Islam. Hadits Nabi menyatakan bahwa,”Bukanlah iman dengan berangan-angan,
tetapi yang menetap dalam hati dan dibuktikan oleh amal”. Pernyataan Rasul ini
sesai dengan pentingnya mental istiqamah dalam memegang prinsip dan amal
(praktik) dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasinya dapat berupa praktik
lapangan, magang dan tugas kerja.
Dari pernyataan tersebut dapat
ditegaskan bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses aktualisasi atau
pemberdayaan potensi-potensi keinsaniahan. Pola pendidikan yang perlu
dikembangkan sesuai dengan hakikat insaniyah itu adalah :
(a) Pendidikan jismiyyah yaitu terhadap potensi jasmani,
(b) Pendidikan ruhiyah untuk mengembangkan
semangat/ghirah atau mental insani, dan
(c) Pendidikan fi’liyyah, yaitu teroptimalisasikannya
seluruh potensi indrawi manusia.
Dengan demikian, dalam pelatihan dan
pengembangan perlu diperhatikan dimensi keterampilan, wawasan teoritis, dan
dimensi ruhiyah. Dimensi terakhir inilah yang merupakan bahan pertimbangan
dasar dalam proses pengembangan sumber daya manusia.
BAB III
KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat –
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain. Islam adalah
agama yang sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Swt (Hablum minallah)
maupun hubungan dengan manusia (Hablumminannas), termasuk di antaranya
masalah kepemimpinan di pemerintahan.
Karena
kepemimpinan merupakan suatu amanah maka untuk meraihnya harus dengan cara yang
benar, jujur dan baik. Dan tugas yang diamanatkan itu juga harus dilaksanakan
dengan baik dan bijaksana. Karena itu pula dalam menunjuk seorang pemimpin
bukanlah berdasarkan golongan dan kekerabatan semata, tapi lebih mengutamakan
keahlian, profesionalisme dan keaktifan.
Dalam Islam,
pemimpin adalah abdi masyarakat. Sebab, kepemimpinan sesungguhnya adalah suatu
amanah (titipan) yang setiap saat harus dipertanggungjawabkan dan diambil
wewenangnya. Amanah itu diperoleh dari Allah SWT lewat pemilihan yang dilakukan
oleh manusia, kecuali para Nabi dan Rasul yang langsung dipilih oleh Allah.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan amanah, manusia diharapkan senantiasa
berbuat baik dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA PAK MARWAZI
[1] Abul A’la Al-Maududi, Khalifah
dan Kerajaan (Bandung:Karisma. 2007) 374
[2] Al Hafizh Syihabbuddin
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqalani, Ringkasan Targhib wa Tarhib
(Jakarta; Pustaka Azzam, 2006), 525
[3] Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan
Islam dan Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2005), 225-226
[4] Ibid. Hal. 525
[5] Ibid. Hal. 525
[6] Ibnu Taimiyah, Tugas
Negara Menurut Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar., 2004), 360
[7] Op.Cit
[8] Thariq M As-Suwaidan dan
Faishal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa Depan (Jakarta:
Gema Insani, 2005), 301
[10] http://www. Suara
karya.online.com
[11] Muhammad
Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu
Wal Marjan, (Semarang: Al-Ridha, 1993), Hal. 562-563
[12] Ibid. Hal. 525
Tugas Pemimpin
Tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang
diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan (akontabilitas): Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk
menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome
yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa
kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan
prioritas : Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat
menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan
pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian
pemimpin harus dapat mengatur waktu secaraefektif,dan menyelesaikan masalah
secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan
konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan
konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin
harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya
dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu
terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat
menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang
pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat,
seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang
pemimpin harus dapat memecahkan masalah.( http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/26/tanggung-jawab-seorang-pemimpin/)
Pelatihan dalam Perspektif Islam
Dalam khazanah pengetahuan Islam, secara
formal tidak ditemukan secara pasti pola pelatihan atau pembinaan karyawan di
zaman Rasulullah. Dalam sejarah Islam, sejak zaman jahiliyah, telah ada
pengambilan budak sebagai buruh, pembantu atau pekerja, walaupun setelah zaman
Islam perbudakan mulai dikurangi. Hal ini menandakan adanya tradisi pelatihan
dan pembinaan dalam Islam. Ketika Islam datang, Rasulullah membawa sejumlah
prinsip etika dan melakukan perubahan radikal dalam memperlakukan pekerja dalam
pekerjaan dan pendidikannya.
Berdasarkan Al Quran Surat Jumu’ah
62:2 yang menyatakan “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf (ummy) seorang Rasul diantara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-beanr
dalam kesesatan yang nyata”.
Pola Pembinaan dan Pendidikan Rasulullah
Pola pembinaan dan pendidikan
Rasulullah diwujudkan dalam empat jenis, yaitu (Cecep Darmawan, 2006: 94):
1.
Metode Tilawah
Tilawah,
memiliki makna membaca yang diarahkan untuk membaca ayat-ayat Allah. Ayat Allah
tersebut bisa diartikan dalam bentuk kauniyah
(ciptaan, alam) dan qauliyyah (Al
Quran). Tilawah diartikan sebagai kemampuan manusia membaca ayat Allah secara
luas, termasuk dalam kejadian alam, sejarah manusia, ata kondisi psikologis
manusia itu sendiri. Implikasinya adalah membudayakan membaca Al Quran sebagai
bentuk pembinaan psikologis untuk meningkatkan kesalehan pribadi, dan dalam
arti sosial dengan mengajak karyawan untuk membaca ayat Allah, misalnya dengan
studi banding atau widyawisata sesuai dengan teori penguatan (reinforcement theory)
2.
Metode Taklim
Taklim
artinya proses pengajaran, dalam hal ini pengajaran ‘kitab’. Pengajaran adalah
proses transfer dar pihak pertama kepada pihak kedua, sedangkan ‘kitab’,
sebagaimana Arkoun, dimaknai sebagai sumber hukum. Implikasinya ialah dengan
mengajarkan kepada karyawan perihal etos kerja, sosialisasi nilai-nilai,
teori-teori, kiat-kiat sukses, kiat kerja produktif, aturan, atau tata tertib,
visi, misi perusahaan serta tugas/kewajiban karyawan. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kinerja atau mengingatkan kembali motivasi kerja yang sebenarnya.
3.
Metode Tazkiyyah
Konsep
tazkiyyah adalah kemampuan pembersihan atau penyucian terhadap hal-hal yang
masih bercampur baur dengan kritis dan retrospeksi dalam bentuk tazkiyatun nafs (membedakan hasrat jiwa
yang baik dan buruk) dan tazkiyatun fikr (membedakan
pola pikir yang baik dan buruk). Implikasinya pelatihan untuk mengubah prilaku
dan kinerja yang perlu diperbaiki.
4.
Metode Hikmah
Metode
hikmah adalah kemampuan untuk menarik suatu pelajaran tersembunyi atau
pengetahuan filosofis dari suatu kejadian. Hal ini merupakan suatu kecerdasan
kearifan alam memaknai sebuah gejala atau kenyataan yang ada.
Teknik Dasar Proses Pendidikan
Rujukan :
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu
yang panjang, serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait
dengan berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perlu
disesuaikan dengan perkembangan jaman. Perkembangan jaman yang makin pesat
membawa perubahan alam pikir manusia, termasuk di dalamnya perubahan paradikma
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai suatu proses pembudayaan bangsa bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang menguasai pengetahuan,
ketrampilan, keahlian serta wawasan yang sesuai dengan perkembangan iptek.
Harapan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas, pemerintah sudah berusaha dengan berbagai cara yaitu: 1) melalui
pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi, 2) melalui program pendidikan
latihan yang sistematik maupun informal di tempat bekerja, dan 3) pengembangan
diri sendiri, atas inisiatif sendiri berupaya memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan (Papayungan, 1996: 109).
Sumber daya manusia berperan besar bagi kesuksesan
suatu organisasi pendidikan. Manajer merancang dan menbuat organisasi sehingga
dapat bertahan dan berhasil mencapai tujuan. Manajemen sumber daya manusia
merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Guru adalah
kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi
bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan
kinerja guru. dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen sumber daya manusia
diakui sangat penting. Karena setiap guru memiliki kinerja yang perlu di
kembangkan dan dikelola.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu
kebutuhan yang harus dilakukan secara terus menerus. Persaingan yang ketat
antar lembaga pendidikan merupakan tantangan yang makin berat. Untuk itu tidak
ada pilihan lain selain peningkatan kualitas sumber daya manusia (Guru) untuk
menghadapi persaingan yang ketat tersebut.
Sumber daya manusia sangat berperan dalam menentukan
kemajuan suatu negara. Walaupun negara mempunyai sumber daya alam yang sangat
melimpah ruah tapi kalau tidak ditopang atau didukung dengan sumber daya
manusia yang berkualitas, negara tersebut tidak akan bisa maju. Terdapat banyak
sumber daya dalam manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga
pendidikan, antara lain ada yang berupa: manusia, sarana prasarana, biaya,
teknologi, dan informasi. Namun demikian, sumber daya yang paling penting dalam
pendidikan adalah sumber daya manusia. Adapun kalau dilihat secara mikro atau
dalam ruang lingkup suatu lembaga, manusia merupakan sumber daya yang paling
penting dalam usaha organisasi untuk mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia
inilah yang akan menunjang organisasi dengan berbagai karya, bakat,
kreatifitas, dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi
tanpa aspek manusia akan sulit rasanya tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai.
Manajemen sumber daya manusia meliputi seluruh
aktifitas manajer untuk menarik dan mempertahankan pekerja dan untuk menjamin
bahwa mereka bekerja pada tingkat yang terbaik dan berpartisipasi untuk
kesempurnaan tujuan organisasi. Karena itu kepala sekolah memiliki peran
penting dalam manajemen sumber daya manusia ini adalah kepala sekolah atau
dalam istilah manajemennya seorang manajer disertai dengan adanya kerjasama
yang baik dengan birokrasi dan para tenaga pendidik dalam lingkungan sekolah.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda
terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan
dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya
tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas
pengabdiannya Mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang
merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif
dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak sematamata sebagai
pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik
yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.
Mengingat bahwa guru merupakan factor yang amat
penting dalam kehidupan manusia, maka proses pengembangan sumber daya manusia
harus dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Manajemen sumber daya manusia atau manajemen
personalia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan pendidikan, seminar dan work shop.
Tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini didapatkan melalui teman sejawat
maupun instruksi dari kepala sekolah.
[1] Departemen
Pendidikan Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemah Al-Jumanaatul
‘Alii. (Bandung: Jumanatul ‘Ali IKAPI).hal.257
[2] Abu A’la Al-Maududi. Khalifah
dan Kerajaan.(Bandung:Karisma,2007).hal.374
[3] Soenarto, Ahmad. TerjemahanRiyadusShalihin.
(Jakarta: Pustaka Amin, 1999)hal.175
[4] Syaikh Muhammad Bin
Shalih Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalhin, Jilid 2, Cet. 2, (Jakarta
Timur: Darussunnah Press, 2009), Hal. 1030-1031
[8]Abi al-Husain Ahmad Ibn
Faris Zakariyya, Mu`jam Maqayis al-Lughah, Juz II, t.tp., : Dar al-Fikr,
1979, hal. 137.
[9]Abd Muin Salim, Konsepsi
Kekuasaan Politik dalam al-Qur`an, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994),
hal. 231
[10] Hilal Sayid
al-Wakil. “Ketaatan Pada
Pemimpin“, Rubrik: Taujihat. Dicetak dari PK-Sejahtera
[Online] 33. Tersedia: http://pk-sejahtera.org. Dengan alamat URL: http://pk-sejahtera.org/article.php?storyid=2844 [7/2/2005].
[12] Muhammad Quraish Shihab.
Tafsir Al-Misbah, Pesan, dan keserasian Al-Qur’an, volume 14. (Jakarta:
Lentera Hati.2003).hal.189
[14] James A.F Stonen. Lihat
Griffin W. Ricky dan Ebert J. Ronald, Business, edisi-5 (New Jersey:
Prentice Hall International Inc, 1999) hal. 228 .dalam Nortcraft GB and Neale MA.,
1990 Organizational Behavior: A Management Challenge, The Dryden
Press, Rinehart & Winston Inc.
[16]Veithzal Rivai, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),hal.
152
[17] Suryadi, A. Kebijaksanaan
Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia: Transisi Menuju era Indonesia
Modern. Jakarta: Pusat Informatika, Balitbang Dikbud. 1995.
[18] Al-Qur’an Terjemah, Surah
Ali Imran ayat 26
[19]
http://dedibrave09.wordpress.com/opini/strategi-peningkatan-sdm-dalam-meningkatkan-kinerja-aparatur/
[21] Al-Qur’an Terjemah Surah
At-Taubah
[22] Al-Quran Terjemah Surah An-Nahl
Ayat 76