Selasa, 29 Januari 2019

SEJARAH SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban, tidak ada suatu prestasi pun tanpa peranan pendidikan. Kejayaan Islam di masa klasik telah meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni, dan sebagainya, tidak terlepas dari dunia pendidikan, begitu pula dengan kemunduran pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam kemundurannya.
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Kajian tentang pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW amatlah penting untuk ditelaah kembali sebagai rujukan dan pijakan dalam melaksnakan pendidikan di masa kini dan masa yang akan datang, agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran Islam tetap utuh selamanya. Profil Rasulullah  SAW baik sebagai peserta didik atau murid maupun sebagai pendidik atau guru, potret Rasulullah ini merupakan motivasi dan panduan bagi umat Islam dalam melajutkan pendidikan. Proses pendidikan tidak terlepas dari dua komponen dari pendidik dan peserta didik, dalam hal pendidikan Islam Rasulullah SAW adalah pendidik pertama dan utama dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukannya dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apapun dan dimanapun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Hadirnya Nabi Muhammad pada masyarakat Arab membuat terjadinya kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu. Berhasilnya Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang dianut bangsa Arab. Dalam waktu yang relatif singkat beliau mampu memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab. Sebagaian dari nilai dan budaya Arab pra-islam, dalam beberapa hal diubahnya dan ada pula yang diteruskan oleh masyarakat Nabi Muhammad ke dalam tatanan moral Islam.
Hadirnya Nabi Muhammad, sedikit demi sedikit merubah budaya-budaya yang tidak memanusiakan manusia dalam artian budaya yang mengarah pada keburukan menjadi budaya-budaya yang mengarah kepada kebaikan dalam payung Islam. Budaya-budaya yang mengarah kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan peradaban yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu semua ialah Islam.
Islam sangat berperan penting dalam menciptakan peradaban yang luar biasa yang tercipta pada masa zaman Nabi Muhammad. Dan aktor penting di balik itu semua tidak lain ialah Nabi Muhammad sendiri. Nabi Muhammad tidak hanya sebagai Nabi melaikan ia juga memerankan sebagai pengajar, pendidik, pemimpin, pemimpin militer, politikus, reformis, dan lain-lain.














BAB II
PEMBAHASAN

1.    PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW
Dalam masalah ilmu pengetahuan perhatian Rasul Muhammad sangat besar. Rasulullah SAW memberi contoh revolusioner bagaiman seharusnya mengembangkan ilmu. Rasul mulai membangun jiwa umat Islam, membimbing untuk beriman dan berilmu. Menjelaskan pada sahabat tentang Islam dan selalu membimbing setiap wahyu yang turun dan terus menyampaikan kepada umat.[1]
Rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama Nabi Muhammad SAW.[2]  Pola pendidikan pada masa Rasulullah SAW tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidik, peserta didik, lembaga dasar, tujuan dan sebagainya yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik secara teoritis maupun praktis. Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
1.         Periode Makkah
2.         Periode Madinah

A.  Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW di Makkah
Sebelum Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakn tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.[3]
Intisari pendidikan islam pada periode Makkah adalah ajaran tauhid. Pendidikan tauhid merupakan perhatian utama Rasulullah ketika di Makkah. Pada saat itu masyarakat jahiliyah sudah banyak yang menyimpang pada ajaran tauhid yang telah di bawa oleh nabi ibrahim. Karena tauhid merupakan pondasi yang paling dasar, maka harus di tata dulu dengan kuat.[4]  Sebelum datangnya Islam, Mekkah adalah seperti wilayah Arabia lainnya yaitu kota dengan penduduk dengan masyarakat pastoral (pengembala). Beberapa faktor membawa beberapa perubahan sosial, seperti jumlah berhala yang ada di Mekkah dan persiapan menuju agama monotheisme.[5]
Sebelum Nabi Muhammad SAW memulai tugasnya sebagai Rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik lewat Malaikat Jibril dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat lingkungannya, pada posisi ini Nabi Muhammad sebagai murid yang diajari oleh Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT. Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, beliau mampu secara sadar mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat lingkungannya, tetapi beliau tidak larut sama sekali kedalamnya.
Nabi Muhammmad SAW memulai melakukan pendidikan sebagai murid, atau beliau menerima materi pelajaran dari Allah SAW lewat malaikat Jibril AS sejak beliau menerima wahyu yang pertama pada bulan Romadon di Gua Hira’, hal ini sesuai dengan pernyataan firman Allah SWT surah Al-Baqarah ayat 185 :
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur
Artinya : “ (Beberapa yang ditentukan itu ialah) bulan Romadon, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai bagi pentunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”.[6]
Adapun materi yang diterima pertama kali itu adalah surat Al-‘Alaq ayat 1 s/d 5 ;
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
 Artinya : “ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal dara. Bacalah demi Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Yang mengajar manusia apa-apa yang tidak diketahui”.[7]
Ayat ini merupakan peringatan dan pengetahuan bagi umat manusia tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah dan sesungguhnya di antara kemurahan Allah SWT adalah mengajarkan kepada umat manusia sesuatu yang belum diketahui. Allah mengangkat dan memuliakan manusia dengan ilmu, oleh karena itu melalui ayat ini Allah SWT menganjurkan bahkan mewajibkan supaya manusia agar melakukan membaca dan belajar tentang segala permasalahan kehidupan di dunia dan di akhirat.
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada Nabi Muhammad SAW tentang apa yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya maupun terhadap umatnya. Itulah petunjuk awal kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau memberikan peringatan kepada umatnya. Kemudian bahan atau materi pendidikan selanjutnya diturunkan berangsur-angsur, sedikit-demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera beliau sampaikan kepada umatnya, diiringinya penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya.
Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, Nabi Muhammad SAW mampu mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat dan lingkungannya yang telah menyimpang dari ajaran-ajaran sebenarnya. Menjelang usia ke -40 Allah memberikan kepercayaan kepada Muhammad sebagai rasul / utusan untuk menjadi pendidik bagi umatnya. Untuk meluruskan kembali warisan Nabi Ibrahim, serta memperbaiki keadaan dan situasi budaya masyarakatnya.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[8]  Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus[9] menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
  1. Pendidikan Keagamaan
  2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
  3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
  4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
A.       Syalabi[10]  berpendapat bahwa pendidikan islam pada periode mekkah terbagi kepada dua pokok bahasan. Antara lain :
a.      Pendidikan tauhid dalam teori dan praktek
Intisari pendidikan islam pada periode Makkah adalah ajaran tauhid. Pendidikan tauhid merupakan perhatian utama Rasulallah ketika di Makkah. Pada saat itu masyarakat jahiliyah sudah banyak yang menyimpang pada ajaran tauhid yang telah di bawa oleh nabi ibrahim. Karena tauhid merupakan pondasi yang paling dasar, maka harus di tata dulu dengan kuat.
Pokok-pokok ajaran ini sebagaimana tercermin dalam surat Al-Fatihah[11], yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1)   Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya. Itulah sebabnya, maka beliaulah yang berhak mendapatkan segala pujian.
2)   Bahwa Allah telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan kepada makhluknya dan khusus bagi manusia di tambah dengan petunjuk dan bimbingan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan di akherat.
3)   Bahwa Allah adalah raja dikemudian hari yang akan memperhitungkan amal perbuatan manusia dibumi ini.
4)   Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya. hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian di tunjukan.
5)   Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya, dan oleh karena itu hanya kepadanyalah manusia meminta pertolongan.
6)   Bahwa Allah lah yang sebenarnya membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan manusia yang penuh rintangan,tantangan dan godaan.
b.      Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan ajaran pokok dari ajaran islam yang di sampaikan Nabi Muhammad Saw kepada umat. Tugas Muhammad di samping mengajarkan Tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan secara turun menurun dan menjadi pegangan serta pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman.[12]
Rasulallah bersabda “aku tinggalkan dua perkara,apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu Al-Qur’an dan sunnah”. Semua yang di sampaikan oleh Rasulallah kepada umatnya adalah berdasarkan Al-Qur’an. Bahkan di katakan dalam sebuah hadits, bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an. Apa yang di contohkan Rasul adalah cermin isi Al-Qur’an. Sehingga kalau umat islam mau berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Khadits Nabi, maka di jamin mereka tidak akan tersesat.[13]

B.  Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah 
Pada periode Madinah. Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang  berkenaan  dengan  kehidupan  masyarakat  banyak  turun  di  Madinah.  Nabi  Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi  juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama Islam di  Madinah adalah sebagai berikut:
a.      Pembentukan  dan  pembinaan  masyarakat  baru,  menuju  satu  kesatuan  sosial  dan politik. 
Nabi  Muhammad  SAW  mulai  meletakkan  dasar-dasar  terbentuknya  masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan  disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar  tersebut adalah[14] : 
1.    Nabi  Muhammad  saw  mengikis  habis  sisa-sisa  permusuhan  dan  pertentangan antara suku, dengan jalan mengikat  tali persaudaraan diantara  mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama  Muhajirin,  kemudian  diantara  Muhajirin  dan  Anshar.  Dengan  lahirnya  persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
2.    Untuk  memenuhi  kebutuhan  sehari-hari,  Nabi  Muhammad  menganjurkan  kepada  kaum  Muhajirin  untuk  berusaha  dan  bekerja  sesuai  dengan  kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah. 
3.    Untuk  menjalin  kerjasama  dan  saling  menolong  dalam  rangka  membentuk  tata  kehidupan  masyarakat  yang  adil  dan  makmur,  turunlah  syari’at  zakat  dan  puasa,  yang  merupakan pendidikan  bagi  warga  masyarakat  dalam  tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral. 
4.    Suatu  kebijaksanaan  yang  sangat  efektif  dalam  pembinaan  dan  pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media  komunikasi  berdasarkan  wahyu,  seperti shalat  juma’t  yang  dilaksanakan  secara berjama’ah. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh  warga  masyarakat  berkumpul  untuk  secara  langsung  mendengar  khutbah  dari Nabi Muhammad SAW dan shalat  jum’at berjama’ah.
Setelah  selesai  Nabi  Muhammad  mempersatukan  kaum  muslimin,  sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum  Yahudi,  penduduk  Madinah.  Dalam  perjanjian  itu  ditegaskan,  bahwa  kaum  Yahudi  bersahabat  dengan  kaum  muslimin,  tolong-  menolong  ,  bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus  memperhatikan  negri  bersama-sama  kaum  Muslimin,  disamping  itu  kaum  Yahudi  merdeka  memeluk  agamanya  dan  bebas  beribadat  menurut  kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh  Nabi Muhammad SAW.
b.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan 
Materi  pendidikan  sosial  dan  kewarnegaraan  Islam  pada  masa  itu  adalah  pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam  prakteknya  diperinci  lebih  lanjut  dan  di  sempurnakan  dengan  ayat-ayat  yang  turun Selama periode Madinah.  Tujuan  pembinaan  adalah  agar  secara  berangsur-angsur,  pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja,  tetapi  luas,  baik  dalam  kehidupan  bangsa  Arab  maupun  dalam  kehidupan  bangsa-bangsa di seluruh dunia. 


c.       Pendidikan anak dalam Islam 
Dalam  Islam,  anak  merupakan  pewaris  ajaran  Islam  yang  dikembangkan  oleh  Nabi  Muhammad  SAW  dan  generasi  muda  muslimlah  yang  akan  melanjutkan  misi  menyampaikan  Islam  ke  seluruh  penjuru  alam.  Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Alquran berkaitan dengan itu.  Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain: 
Ø Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
Artinya :  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[15]
Ø Pada  surat  An-Nisa  ayat  9,  terdapat  agar  jangan   meninggalkan  anak  dan  keturunan  dalam  keadaan  lemah  dan  tidak  berdaya  menghadapi  tantangan  hidup. 
|·÷uø9ur šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´ƒÏy ÇÒÈ
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.[16]
Ø Pada  surat  Al-Furqan  ayat  74,  Allah  SWT  memperingatkan  bahwa  orang  yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a  dan  memohon  kepada  Allah  SWT,  agar  dikaruniai  keluarga  dan  anak  keturunan yang menyenangkan hati.
tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ
Artinya : Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.[17]
Adapun  garis-garis  besar  materi  pendidikan  anak  dalam  Islam[18]  yang  dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh  Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut: 
1.  Pendidikan Tauhid 
2.  Pendidikan Shalat 
3.  Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat 
4.  Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga 
5.  Pendidikan kepribadian
6.  Pendidikan kesehatan 
7.  Pendidikan akhlak.
Terdapat Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan Islam periode kota Makkah dan  kota Madinah yaitu : Periode kota Makkah, Pokok  pembinaan  pendidikan  Islam  di  kota  Makkah  adalah  pendidikan  tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap  individu  muslim,  agar  jiwa  mereka  terpancar  sinar  tauhid  dan  tercermin  dalam  perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.  Periode kota Madinah, Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai  pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid  di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai  oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. 

2.  Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW 
Mengindentifikasikan  kurikulum  pendidikan  pada  zaman  Rasulullah SAW  terasa  sulit,  sebab  Rasul  mengajar  pada  sekolah  kehidupan yang  luas  tanpa  di  batasi  dinding kelas. Rasulullah SAW memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti  di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.   Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak  ada  yang  mempunyai  otoritas  untuk  menentukan  materi-materi  pendidikan  Islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:
a.       Mekkah
·      Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93  surat  dan  petunjuk-petunjuknya  yang  dikenal  dengan  sebutan  sunnah  dan hadits. 
·      Materi  yang  diajarkan  menerangkan  tentang  kajian  keagamaan  yang  menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak. 
b.      Madinah
·      upaya  pendidikan  yang  dilakukan  Nabi  pertama-tama  membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam.
·      Materi pendidikan  Islam  yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan,  akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan.




3.    Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan 
Untuk  melaksanakan  fungsi  utamanya  sebagai  pendidik,  Rasulullah  telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi  dan kondisi. Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan  sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, kaena  pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala  Negara,  bahkan  beliau  dan  para  pengikutnya  berada  dalam  baying-bayang  ancaman  pembunuhan  dan  kaum  kafir  quraisy.  Selama  di  Makkah  pendidikan  berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang  terkenal  adalah  rumah  Al-  Arqam.  Langkah  yang  bijak  dilakukan  Nabi  Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya  untuk  menampakkan  keIslamannya  dalam  berbagai  hal. Tidak  menemui  mereka  kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka. 
Setelah masyarakat  Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan  Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang  telah dilakukan Nabi Muhammmad[19] ketika di Madinah adalah:
a.    Membangun  masjid  di  Madinah.  Masjid  inilah  yang  selanjutnya  digunakan  sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah. 
b.    Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling  bermusuhan.  Langkah  ini  dituangkan  dalam  dokumen  yang  ebih  popular  disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan  masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.



4.    Metode yang dikembangkan Nabi Muhammad SAW
Metode yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah:
a.    Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
b.    Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat
c.    Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[20]

Abdullah yang besar sekali jasanya dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada  muridnya, yaitu : 
a.  Abdullah bin Umar di Madinah 
b.  Abdullah bin Mas’ud di Kufah 
c.  Abdullah bin Abbas di Makkah 
d.  Abdullah bin Amr bin al-Ash di Mesir. 
Sahabat-sahabat itu tidak menghafal semua perkataan Nabi dan tidak melihat semua  perbuatannya.  Dia  hanya  menghafal  setengahnya.  Maka  oleh  karena  itu,  kadang-kadang hadits  yang diajarkan oleh ulama di Madinah belum tentu sama  dengan hadits yang diajarkan ulama di Makkah. Oleh sebab itu, para pelajar harus  belajar  di  luar  negerinya  untuk  melanjutkan  studi.  Misalnya,  pelajar  Mesir  melawat ke Madinah, pelajar Madinah melawat ke Kufah dan lain-lain.  
Yang dimaksud di sini adalah pengajaran ilmu Alquran dan sunnahnya. Pada  awalnya  saat  permulaan  turunnya  Alquran  Nabi  mengajarkan  Islam  secara  sembunyi-sembunyi.  Mereka  berkumpul  membaca  Alquran  dan  memahami  kandungan setiap ayat yang diturunkan Allah dengan jalan bertadarus. 
Pengajaran Alquran tersebut berlangsung terus sampai Nabi Muhammad SAW  bersama  pada  sahabatnya  hijrah  ke  Madinah.  Sejalan dengan  itu,  berpindahlah  pusat  pengajaran  Alquran  ke  Madinah.  Penghafalan  dan  penulisan  Alquran  berjalan  terus  sampai  masa  akhir  turunnya.  Dengan  demikian  Alquran  menjadi  bagian  dari  kehidupan  mereka.  Selanjutnya  untuk  memantapkan  Alquran  dalam  hafalannya, Nabi Muhammad saw sering mengadakan ulangan terhadap hafalan-hafalan mereka.[21]






















BAB III
KESIMPULAN

A.  Pendidikan pada masa Rasulullah SAW meliputi :
a)    Pola Pendidikan
b)   Lembaga dan Sistem Pendidikan
c)    Materi dan Kurikulum Pendidikan
d)   Metode Pengajaran
e)    Evaluasi Pendidikan
B.  Pola Pendidikan Rasulullah SAW dilaksanakan pada 2 fase :
a)    Pendidikan pada fase Mekah
b)   Pendidikan pade fase Madinah
C.  Lembaga dan Sistem Pendidikan pada masa Rasulullah SAW :
a)    Darul Arqam/rumah Arqam : Sebagai sarana / tempat melaksanakan pendidikan.
b)   Kuttab : Sebagai sistem juga sebagai sarana lain yang dalam pelaksanaannya bertempat di rumah-rumah gurunya.
c)    Masjid  : Sebagai sarana / tempat pelaksanaan pendidikan.
d)   Sistem Pendidikan yang diterapkan adalah :
1)   Baca tulis Al-Qur’an sebagai dasar / pemula pembelajaran.
2)   Menghafal dan pengembangan Qira’ah sebagai lanjutan dari dasar pembelajaran.
3)   Halaqah : Suatu pengembangan sistem pendidikan yang menyentuh pada perkembangan diskusi, emosional, spiritual, dan intelektual.
D.  Materi dan Kurikulum Pendidikan pada masa Rosulullah SAW :
a.    Materi Pendidikan pada masa Rasulullah meliputu ;
Ø  Pendidikan Keimanan
Ø  Pendidikan Ibadah
Ø  Pendidikan Akhlak
Ø  Pendidikan Kesehatan (jasmani)
Ø  Pendidikan Kemadyarakatan (sosial)
b.    Kurikulum Pendidikan yang digunakan oleh Rosulullah adalah Al-Qur’an
E.  Metode Pengajaran Rosulullah SAW :
a.    Metode Ceramah
b.    Metode Dialog
c.    Metode Diskusi
d.   Metode metode Demonstrasi
e.    Metode Eksprimen, Sosio Drama, bermain peran
F.   Evaluasi Pendidikan pada masa Rosulullah SAW :
a.    Praktek membaca
b.    Menghafal
c.    Tanya jawab
d.   Menguji dan menilai Kemampuan dan penguasan terhadap suatu materi Pelaksanaan Ibadah, Hukum, Etika, dan Sosial


















DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag .RI. Jakarta, 1998
Arief,  Armai, Dr, MA,  Sejarah  Pertumbuhan  dan  Perkembangan  Lembaga  Pendidikan  Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa, 2005
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan  Jakarta: Prenada Media, 2003
Suwito, Prof, Dr, MA, Fauzan, MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005
Zuhairini, Dra, Moh. Kasiram, Drs. M.Sc, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, IAIN di Jakarta 1986
Yunus, Mahmud, Prof, Dr,  Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,  1992
Yunus, Mahmud, Prof, Dr,  Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, Persada,2008
Majid, Abdul Mun’im. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2002

Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka Al Husna, 1990
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia,2008)
Yunus, Mahmud, Prof, Dr,  Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, Persada,2008
Nata, Abuddin, Prof, Dr, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press,  2005 
http://www.data.tp.ac.id/dokumen/pengertian+sejarah,25 Maret 2013. 



[1] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Prenada Media, 2003) hal.13
[2] Prof.Dr.Suwito,MA dan Fauzan, MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005) hal. 258
[3] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008) hal.28
[4] Abdul Mun’im Majid. Sejarah Kebudayaan Islam.(Bandung :Pustaka Setia, 2002) hal.33
[5]  Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. ( Bandung: Pustaka Setia,2008) hal.47
[6] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag .RI. Jakarta, 1998,  Surah Al-Baqarah ayat 185
[7] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Al-‘Alaq ayat 1-5
[8] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008), hal 28
[9] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:PT.Raja Grafindo, 2008). Hal.26
[10] A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Bandung: Pustaka Al Husna. 1990). hal.21
[11] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Al-Fatihah
[12] Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. hal.13.
[13] Ibid Syalabi. hal.13.
[14] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 
1992), hal.15

[15] Al-Qur’an dan Terjemahnya, At-Tahrim ayat 6
[16] Al-Qur’an dan Terjemahnya, An-Nisa ayat 9
[17] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Furqan  ayat  74
 [18] Mahmud Yunus,  Sejarah. hal 18 
[19] Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA,  Pendidikan Islam Perspektif Hadits. (Ciputat: UIN Jakarta 

Press 2005), hal 24 

[20] Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa,2005), hal. 135-136
[21] http://www.data.tp.ac.id/dokumen/pengertian+sejarah,25 Maret 2013.