MAKALAH
MANAJEMEN WAKTU
KEPALA SEKOLAH
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah
Evaluasi dan Supervisi Pendidikan
DOSEN PENGAMPU
:
Prof.
Dr.H.Mukhtar Latif, M.Pd
Dr. Lukman
Hakim, M.Pd.I

Disusun oleh :
MUTTAQIN ROSIDI
NIM : P.p.212.1.1561
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PASCA SARJANA IAIN STS JAMBI
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, atas hidayah, berkah, rahmat, dan karunianya akhirnya
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan, kemudian sholawat teriring salam
kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
memberikan suri tauladan dalam segala aspek kehidupan manusia sehingga
menginspirasi bagi setiap langkah kebenaran ummatnya untuk mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Evaluasi dan Supervisi Pendidikan yang membahas tentang Manajemen Waktu
Pengelolaan Sekolah. Penyusun sepenuhnya
sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan,
maka dari itu sangat diharapkan kritik dan saran dari teman-teman seperjuangan
di Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam terutama dosen pengampu, Bapak
Prof.Dr.H.Mukhtar Latif, M.Pd / Dr.Lukman Hakim, M.Pd.I demi perbaikan makalah ini ke arah yang lebih
baik. Akhirnya kepada Allah SWT kita
memohon do’a dan berserah diri atas segala kekurangan, semoga makalah ini
berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Jambi, Juli,
2013
Penulis
Muttaqin
Rosidi
Nim
: P.p.212.1.1561
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................................ i
DAFTAR ISI
............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar
Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
..................................................................................... 4
A. Pengertian
Manajemen ........................................................................ 4
B. Pengertian
Administrasi dan Supervisi Kepala Sekolah ............... 7
1. Pengertian
Administrasi .................................................................. 7
2. Pengertian
Suvervisi ....................................................................... 8
3. Pengertian
Kepala Sekolah ........................................................... 10
C. Fungsi
Manajemen Kepala Sekolah ................................................. 14
a.
Perencanaan (Planning) ................................................................ 15
b.
Pelaksanaan (Actuating) ................................................................ 20
c.
Pengawasan (Controlling) ............................................................. 22
D. Manajemen
Waktu Kepala Sekolah Dalam Mengelola Organisasi Sekolah 25
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 37
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 38
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manajemen bagian dari kehidupan yang di dalamnya terjalin hubungan antar
manusia dengan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Dalam dimensi
kehidupan bekerja antar personel manusia yang memiliki keragaman sifat, kultur,
pola fikir dan lain-lain, yang berbeda ini sangatlah komplek permaslahan yang
dihadapi. Dan mau tidak mau persoalan-persoalan yang dibawa itu akan membawa
dampak positif atau negatif pada pencapaian tujuan bersama itu. Maka sangat
perlu diperhatikan oleh seorang manajer untuk menjadi wacana pertimbangan dalam
menentukan langkah-langkah manajemennya. Misalnya terkait konflik yang terjadi
dalam organisasi, pengelolan perubahan, mengelola jaringan komunikasi dalam
organisasi, pengelolaan waktu, pengelolaan budaya, dan lain-lain.
Pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide,
gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu,
baik struktural normal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem
pendidikan nasional.[1]
Sekolah
merupakan lembaga / organisasi yang kompleks dan unik. Kompleks, karena
dalam operasionalnya sekolah dibangun
oleh berbagai unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan saling
menentukan. Unik, karena sekolah
merupakan organisasi yang khas, menyelenggarakan proses perubahan
perilaku dan proses pembudayaan manusia, yang tidak dimiliki oleh lembaga
manapun.
Semua itu kalau tidak dikelola secara baik, maka ia akan menjadi penghambat
jalannya roda organisasi atau lembaga pendidikan. Tapi
kalau dikelola secara baik, maka akan menjadi pemicu untuk keberhasilan
kegiatan manajerial itu. manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang
diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.
Dalam
perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan
yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik,
boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada
gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Salah satu
indikator keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah dapat diukur dari mutu
pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Dalam konteks pendidikan, mutu
mencakup input, proses, dan out put pendidikan.[2]
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya prose. Proses pendidikan merupakan perubahannya, sesuatu
menjadi sesuatu yang lain dengan mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable Learning),
mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan
peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah yang
dapat diukur dari kualitasnya, efektifitas, produktivitas, efesiensi, inovasi
dan moral kerja.
Ketercapaian
tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan
kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.
Karena kepala sekolah merupakan seorang
pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur
semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses
pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada dalam
sekolah itu sendiri dan lingkungan
sebagai kesatuan sistem, menurut Townsend dan Butterworth dalam bukunya Your
Child’s Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan
yang bermutu, yaitu : keefektifan kepemimpinan kepala sekolah; partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan
staf disekolah; proses belajar mengajar
yang efektif; pengembangan staf yang terprogram; kurikulum yang relefan; memiliki visi dan misi yang jelas; iklim sekolah yang kondusif; penilaian diri
terhadap kekuatan dan kelemahan; komunikasi yang efektif baik internal maupun
eksternal; serta keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Berdasarkan
permasalahan diatas, maka makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana konsep
manajemen kepala sekolah yang baik yang berorientasi kepada waktu dan cara
pelaksanaannya?
B. Rumusan
Masalah
Agar
permasalah yang dibahas dalam makalah ini tidak jauh melebar, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan di bahas, yaitu :
a. Apa
yang dimaksud dengan manajemen ?
b. Apa
yang dimaksud dengan manajemen administrasi dan supervisi kepala sekolah ?
c. Apa
saja fungsi dari manajemen kepala sekolah ?
d. Bagaimana
konsep manajemen waktu yang baik bagi
Kepala Sekolah didalam Pengelolaan Organisasi Sekolah ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen
Manajemen
berasal dari bahasa Inggris Management yang berarti pengolahan,
ketatalaksanaan, kata dasarnya Manage yang mempunyai arti mengola,
mengurus dan mengatur.[3]
Pengertian Manajemen yang dikutip oleh Mukhtar dan Suparto, manajemen sebagai
kegiatan yang mengarah kepada individu atau grup untuk mencapai tujuan
organisasi.[4]
Definisi ini tidak hanya pada bisnis atau organisasi industri. Manajemen dapat
diaplikasikan pada institusi pendidikan, politik, bahkan keluarga.
Kepala sekolah
sebagai seorang manajer harus mampu mengelola organisasi sekolah yang
dipimpinya dengan baik, apabila seorang kepala sekolah mampu mengelola
manajemen sekolah yang dipimpinya maka sekolah tersebut dapat dikatakan baik
pula. Dalam proses manajemen sekolah bagi seorang kepala sekolah harus memiliki
konsep yang jelas dan teratur serta merumuskan prinsip penilaian dan tujuan
dilaksanakannya penilaian.[5]
Menurut Mary
Parker Follet dalam Martinis dan Maisah menyatakan bahwa manajemen adalah the
art of getting done through people, yaitu sebagai suatu seni untuk
mendapatkan segala sesuatu yang dilakukan orang lain. Hal ini meminta perhatian
pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang
lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa melakukan sendiri.[6]
Menurut
pendapat Sondang Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui kegiatan orang lain dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[7]
Manajemen dapat dilihat sebagai kelompok orang yang menduduki berbagai jenjang
dan jabatan kepemimpinan. Sebagai kelompok pimpinan tanggung jawab utamanya
bukan lagi melaksanakan sendiri sebagai kegiatan operasional, melainkan
menyelengarakan berbagai fungsi yang memungkinkan para tenaga pelaksana
melaksanakan tugas operasionalnya dengan efesien, efektif, ekonomis, dan
produktif. Pernyataan diatas pada hakekatnya berarti bahwa para manajer dalam
suatu organisasi lebih dituntut memiliki Human Skills ketimbang teknis.
Hani Handoko [8]
mengatakan manajemen sebagai terminologi kata dari bahasa Inggris Management
mengandung arti suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya.
Soenarno
Hayaningrat [9]
mengemukakan batasan manajemen adalah sebagai suatu sistem mengandung arti
bahwa manajemen merupakan suatu kerangka kerja yang terdiri dari bermacam-macam
komponen yang memiliki keterkaitan utuh antara komponen satu dengan komponen
yang lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mulyasa
[10]
manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan pada usaha para
anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aktifitas suatu pekerjaan
tidak dilaksanakan oleh satu orang, tetapi melibatkan orang lain. Dalam
melibatkan orang banyak guna untuk mencapai tujuan seorang pemimpin harus mampu
secara professional mengelola organisasi itu sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik. Memanage atau
mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi
secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. [11]
Manajemen
sekolah adalah upaya mempedulikan untuk mengaplikasikan pada tujuan sekolah
atau sasaran sekolah. Manajemen sekolah sebagai kegiatan dengan atau
mengarahkan pada individu atau kelompok sekolah untuk mencapai tujuan
organisasi sekolah.[12]
Setiap organisasi sekolah memilik aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah
manajemen. Dalam dunia pendidikan persekolahan, hanya terdapat satu manajemen
yang bertigkat yaitu manajemen tinggi sampai dengan manajemen terdepan.
Salah satu
penyebab tidak berhasilnya kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah adalah
dikarenakan kepala sekolah banyak melakukan hal-hal diluar kepentingan kemajuan
sekolah. seorang kepala sekolah dalam mengelola sekolah dituntut bekerja dengan
cerdas didalam manajemen sekolah yang dipimpinya, tanpa harus bekerja dengan
keras.[13]
manajemen
sekolah sebagai tugas adalah melaksanakan fungsi-fungsi sekolah dengan potensi
manajemen, dalam hal ini sangat diutamakan peranan eksekutif sekolah, yaitu
kepala sekolah. Terkait dengan hal itu,
manajemen adalah juga fungsi-fungsi manajemen berbasis sekolah adalah juga
fungsi-fugsi manajemen dalam :
1. Mengelola
orang-orang yang terkait dengan sekolah
2. Pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan sekolah
3. Proses
pengorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaiakan tujuan yang
sudah ditetapkan sekolah.[14]
B. Pengertian
Administrasi dan Supervisi Kepala Sekolah
1. Pengertian
Administrasi
Kata “Administrasi” berasal dari bahasa latin yanag terdiri atas
kata “ad” dan “ministrare”, kata “ad” mempunyai arti “to”
dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” dan “ministrare” sama
sama artinya dengan kata “to serve” yang berarti melayani, membantu,
mengatur,memelihara dan mengerjakan.[15]
Jadi kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha,
untuk,membantu, melayani, mengarahkan,atau mengatur seluruh kegiatan untuk
mencapai tujuan. Administrasi yang dimaksud adalah administrasi pendidikan
yaitu suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan,
pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan, dengan menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas yang tersedia , baik personel, material maupun spritual,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang efekti dan efesien.[16]
Yusuf[17]
berpendapat bahwa administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan
pelaku manusia dalam pendidikan, agar semua agara semua daya yang ada dapat
ditata sebaik mungkin, suhingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara
produktif.
Menurut Stephen Covey dalam Kim Marshal [18]
Kunci untuk keberhasilan dalam manajemen sekolah yang baik adalah seorang
kepala sekolah harus membuat atau merencankan suatu kegiatan atau membuat
jadwal kerja yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan, tidak bekerja terlebih
dahulu setelah itu baru kepala sekolah membuat rencana kerja.
Dari pengertian diatas penulis ingin membatasi pengertian
administrasi pendidikan yaitu suatu usaha untuk membantu, melayani, mengatur
semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai administrator kepala sekolah
mempunyai tanggung jawab untuk membantu, melayani, serta mengatur para stafnya
dalam melaksanakan pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pengertian
Supervisi
Dalam hal ini
supervisi yang dimaksud adalah supervisi pendidikan. Kata supervisi pendidikan
diadopsi dari bahasa inggris yaitu “Supervision” yang berarti pengawas,
kepengawasan. Sedangkan orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
Supervisi merupakan kegiatan membina dan melayani agar setiap orang mengalami
peningkatan pribadi dan profesinya. Supervisi adalah segenap usaha untuk
menstimiulasi, mengkoordinasi membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru
disekolah baik secara individual, maupun kolektif, agar lebih mengerti dan
lebik efektifdalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.[19]
Dalam konteks
pendidikan supervisi adalah usaha memberi layana kepada guru-guru baik secara
individual maupun kelompok dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran dengan
tujuan memberikan layanan atau bantuan untuk mengembangkan situasi pembelaran
yang dilakukan guru dikelas dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru
dikelas maupun sekolah. Oleh karena itu supervisi dilakukan oleh supervisor
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan individu dan
hubungan tekhnis. Supervisor dalam
menjalankan tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama,
tetapi harus diikuti dan diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang
memadai.
Sementara itu
beberapa ahli seperti yang dikutip Ary H. Gunawan [20] memberikan rumusan yang berbeda antara
lain : Kimbal Willes merumuskan
supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Haold.P Adams dan Frank G. Dikcey
merumuskan supervisi sebagai layanan khusus di bidang pengajaran dan
perbaikannya mengenai proses pembelajaran termasuk semua faktor dalam situasi
itu. Thomas dan Josep Justman merumuskan supervisi sebagai usaha yang
sistematis yang terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan guru
yang berkembang secara lebih efektif dalam membantu tercapainya tujuan
pendidikan dengan peserta didik dibawah tanggung jawabnya.
Jadi, dari
beberapa pengertian diatas dapat diambil pengertian supervisi pendidikan adalah
pembinaan yang direncanakan dan dilakukan untuk memperbaiki situasi pendidikan
dan pengajaran pada umumnya serta meningkatkan mutu pembelajaran pada
khususnya. Baik berupa layanan, bantuan, dorongan,dan tutunan agar guru beserta
personal staf lainnya selalu meningkatkan meningkatkan kemampuannya sesuai
dengan perkembangan dunia pendidikan.
Agar tidak terjadi perselisihan antara defenisi yang satu dengan defenisi yang
lain penulis memberikan batasan istilah
tentang pengertian supervisi, yaitu usaha memberi layanan kepada guru-guru baik
secara indifidual kelompok agar terwujud seluruh fungsi pengajaran, yaitu
bagaimana kepala sekolah sebagai supervisor mampu memberikan layanan kepada
guru-guru agar tercapai tujuan pengajaran yang lebih baik.
3. Pengertian
Kepala Sekolah
Kepala
sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata
kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah
lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima
dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin
sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo
[21]
mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman [22] mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah
seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan
structural (kepala sekolah) di sekolah”.
Kepala sekolah adalah
suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan
menggerakkan orang lain yang ada
hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran, supaya kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien
di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan
dan pembelajaran. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan besar dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah [23].
Berdasarkan beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai
kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen
para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan
kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan
dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia
laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan
Wahjosumidjo [24]
adalah:
1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.
2. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan.
3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala
sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.
4. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional.
Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian
menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible.
5. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru
penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri
dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa
menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik
tersebut.
6. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah
harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan
kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang
secara efektif, apabila:
a. Dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian
terhadap kewajiban masing-masing,
b. Terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi
profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya;
c. Terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai
pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
7. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai
macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang di pimpinnya.
8. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit.
Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem.
Menurut Kim Marshall [25] terdapat tiga cara
bagi kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik tanpa harus
membuang-buang waktu dalam pelaksanaannya, yaitu :
1. Kepala sekolah bekerja dengan
sungguh-sungguh dan disiplin
2. Bekerja dengan cerdas dengan cara
mengoptimalkan waktu secara efektif dan efesien
3. Manganalisa (memahami) permasalahan
yang ada di sekolah sebagai acuan untuk membuat program sekolah.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain
harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu
semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun
peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti
yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo [26]
adalah:
(a) Peranan hubungan antar perseorangan;
(b) Peranan informasional;
(c) Sebagai pengambil keputusan.
C. Fungsi Manajemen Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha untuk
meningkatkan kompetensi dasar guru di sekolah. Meskipun seorang kepala sekolah
selalu dihadapi banyak masalah untuk meningkatkan kemampuan guru. Dalam hal ini
perlu ditegakkan asumsi in service education yaitu dengan cara :
1.
Semua personel sekolah
memerlukan in service education sepanjang kariernya
2.
Perkembangan praktek
lapangan pendidikan meminta pertimbangan waktu dan hasil sistematis memerlukan
pengembangan staf
3.
In-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas program sekolah dan professionalisme
personil
4.
Perlunya motivasi
belajar dimana mereka percaya ada kontrol
dalam belajarnya
5.
Lembaga sekolah sebagai
unit belajar bertanggung jawab dalam menyediakan sumber dan kebutuhan latihan
stafnya.[27]
Hal lain yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan agar tetap bekerja dengan
baik, membangkitkan guru agar kreatif, pencapaian manajemen guru dilakukan
dengan cara memotivasi guru menjadi teladan bagi guru-guru dalam membina diri,
menegakkan disiplin kerja guru-guru dan menghimbau agar guru-guru mau berusaha
meningkatkan kompetensinya. [28]
Menurut Fayol dalam Sudarwan dan Suparno [29]
ada lima fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan,
memerintah, mengkoordinasikan dan mengendalikan. Sedangkan Stoner membagi
fungsi manajemen menjadi empat, yaitu : merencanakan (Planning),
mengorganisasikan (organizing), memimpin (leadership), dan
mengendalikan (controlling). Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud
mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan oleh
Engkoswara [30] yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
a.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam
aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu perencanaan akan
menentukan perbedaan kinerja suatu organisasi lainnya dalam pelaksanaan rencana
untuk mencapai tujuan. Nanang Fattah [31] mengartikan perencanaan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahulu apa
yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan
siapa yang mengerjakannya.
Perencanaan sering juga disebut jembatan
yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara masa kini dan keadaan yang
diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Menurut Kim Marshall [32] proses perencanaan yang baik bagi kepala sekolah dapat dilakukan dengan
cara :
1. Mengenali data prestasi siswa dan karakter siswa
2. Kenali lingkungan sekolah secara umum
3. Program kerja prioritas dan target yang akan dicapai
4. Mengembangkan rencana prioritas yang berorientasi
terhadap waktu pelaksanaannya.
Salah satu alasan utama menempatkan
perencanaan sebagai fungsi manajemen yang pertama ialah karena perencanaan
merupakan langkah kongkret yang pertama diambil dalam usaha pencapaian tujuan.
Dalam proses manajemen perencanaan bagi seorang kepala sekolah adalah seorang
kepala sekolah harus memiliki konsep yang jelas dan teratur serta merumuskan
prinsip penilaian dan tujuan penilaian. [33]
Perencanaan merupakan upaya untuk mengatasi
permasalahan yang akan terjadi dalam organisasi sehingga dapat diambil
kebijakan bagi seorang pemimpin organisasi dalam menempatkan seseorang yang
sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga proses pelaksanaan dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. [34]
Artinya perencanaan merupakan usaha
kongkrit langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasarnya telah diletakkan
dalam strategi organisasi. Karena itu defenisi yang paling umum tentang
perencanaan adalah merupakan usaha sadar dalam pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Perencanaan berarti penggambaran dimuka
tentang hal-hal yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan agar tujuan tersebut tercapai.
Perencanaan memiliki bentuk-bentuk :
1. Tujuan (objektif) merupakan suatu sasaran dimana
kegiatan itu diarahkan dan diusahakan untuk sedapat mungkin dicapai dalam
jangka waktu tertentu.
2. Kebijakan (policy) adalah suatu pernyataan atau
pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam pengambilan keputusan terhadap
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
3. Prosedur merupakan rangkaian tindakan yang akan
dilaksanakan untuk waktu mendatang. Prosedur lebih menitik beratkan pada suatu
tindakan.
4. Strategi merupakan rangkaian tindakan penyesuaian diri
dari rencana yang telah dibuat.
5. Aturan (rule) adalah suatu tindakan yang
sfesifik dan merupakan bagian dari prosedur. Aturan-aturan yang saling
berkaitan dapat dikelompokkan menjadi suatu golongan disebut prosedur.
6. Program merupakan campuran antara kebijakan prosedur,
aturan dan pemberian tugas yang disertai suatu anggaran (budget)
semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan.[35]
Berkaitan dengan pengertian perencanaan,
Bateman dan Snell mendefinisikan perencanaan sebagai berikut : “Planning is
the conscious, sistematic process of making decisions about goals and
activities that an individual, group, work unit, or organization will pursue in
the future.[36]
Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan
diartikan sebagai usaha sadar berupa proses yang sistematis dalam membuat
keputusan tentang aktifitas-aktifitas dan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh
individu, kelompok, unit kerja, atau organisasi pada masa yang akan datang.
Karena perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan, maka perencanaan
harus dilakukan melalui proses tertentu.
Perencanaan yang baik bagi seorang kepala
sekolah dalam proses evaluasi dan supervisi dalam upaya mencapai tujuan sekolah
dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Pastikan guru-guru yang akan dievaluasi mengetahui
kapan kegiatan evaluasi dilaksanakan dan tujuan yang ingin dicapai dari proses
evaluasi tersebut.
2. Evaluasi sebagai acuan untuk penetapan metode dalam
mencapai tujuan.
3. Evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk merumuskan
permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.
4. Tanpa adanya tujuan yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran, maka guru mengajar hanya akan menghabiskan waktu dengan percuma.[37]
1. Langkah pertama adalah analisis keadaan (situational
analysis). Pada tahap ini, seorang kepala sekolah mengumpulkan,
menginterpretasikan, dan menyimpulkan semua informasi yang relevan dengan
isu-isu perencanaan.
2. Langkah kedua adalah menetapkan alternatif tujuan dan
rencana (alternative goals and plans). Pada langkah ini, berdasarkan
analisis keadaan yang telah dirumuskan, proses perencanaan harus membuat
alternatif-alternatif umum dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan
rencana-rencana kerja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Langkah ketiga adalah mengevaluasi tujuan dan rencana (goal
and plan evaluation). Pada langkah ini , pengambilan keputusan harus
memperhatikan atau mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan dampak-dampak yang
mungkin timbul dari setiap alternatif tujuan dan rencana yang ada.
4. Langkah keempat adalah memilih tujuan dan rencana (goal
and plan selection). Pada langkah ini, seorang kepala sekolah sebagai
perencana berada pada posisi untuk memilih alternatif tujuan dan rencana yang
paling memungkinkan untuk bisa mencapapai harapan yang diinginkan.
5. Langkah kelima adalah mengimplementasikannya (implementation).
Pada langkah ini, rencana-rencana kerja dengan tujuan-tujuan yang telah
dipilih harus dilaksanakan.
6. Langkah keenam adalah memonitor dan mengontrol
pelaksanaan (monitor and control). Sebagai langkah terakhir, semua
aktifitas implementasi dari rencana dan tujuan yang telah ditetapkan harus
dimonitor dan dikontrol secara ketat supaya tidak terjadi penyimpangan dan
penyelewengan yang bisa berakibat tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai. [39]
Dapat disimpulkan bahawa perencanaan
merupakan langkah awal bagi kepala sekolah untuk melakukan program kerja
disekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor harus menetapkan perencanaan yang
sistematis strategis, seperti perencanaan pertumbuhan sekolah, rencana kegiatan
sekolah, dan rencana pengembangan sekolah yang kesemuanya merupakan suatu
sistem yang saling berhubungan. [40]
Rencana yang sistematis bagi seorang kepala
sekolah bukanlah suatu proses yang statis, melainkan bersifat dinamis dan
fleksibel, karena ketika perencanaan telah menjadi suatu ide yang sulit untuk
ditangkap, maka rencana tersebut akan menjadi tidak tepat lagi, oleh karena itu
perencanaan tersebut harus diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan.[41]
b.
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan
fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George
R. Terry [42] mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan berusaha dan berbuat
untuk mencapai tujuan organisasi.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pelaksanaan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan
termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1. Merasa yakin akan mampu mengerjakan.
2. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi
dirinya.
3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas
lain yang lebih penting atau mendesak.
4. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan.
Dalam konteks organisasi sekolah, actuating
berarti kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personel
sekolah tentang bagaimana cara melaksanakan tugas-tugas dan bagaimana proses
pelaporannya, memberikan bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan cara-cara
kerja, mengadakan pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan
instruksi-instruksi. Misalnya, guru dan seluruh personel sekolah akan dapat
melaksanakan tugasnya sesuai standar mutu kerja yang dipersyaratkan, jika
kepala sekolah sebagai pimpinan memberikan arahan yang jelas. Kepala sekolah
perlu melakukan actuating dengan cara memberi semangat dan motivasi
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan jujur, agar tidak menyimpang
dari arah yang telah ditetapkan.
Actuating ini menggambarkan bahwa pimpinan memberikan arah yang jelas dalam
pelaksanaan usaha penyelenggaraan pendidikan disekolah menurut pola dan rencana
yang telah disusun bersama. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan
kebutuhan manusiawi dari para guru dan personel lainnya disekolah, memberi
penghargaan, memimpin, memberi kompensasi, memberikan dukungan yang kuat agar
guru dan personel lainnya melaksanakan tugas dalam memberikan layanan belajar
kepada peserta didiknya dengan penuh antusias.
Kesimpulan, pelaksanaan adalah suatu
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat secara detail.
Pelaksanaan tidak dapat dilakukan diluar dari perencanaan tersebut, bila
dilakukan dapat menimbulkan program kerja yang tidak dapat berjalan optimal.
Pelaksanaan bisa berjalan apabila mengikuti perencanaan yang sudah direncanakan
secara spesifik, namun dalam kenyataan banyak program tidak mengikuti
perencanaan yang telah ditetapkan.
c.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan
fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi
terdahulu tidak akan efektif apabila tanpa disertai fungsi pengawasan.
Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi manajemen, pengawasan merupakan
salah satu tugas dari manajer yang secara langsung mengendalikan
kegiatan-kegiatan.
Sebagai salah satu fungsi manajemen,
pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu
organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat
dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan dapat tercapai
dan berjalan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber daya
material yang akan mendukung terwujudnya organisasi.
1. Penetapan standar pelaksanaan.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
4. Pembanding pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan dan
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperluka.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan pengawasan menurut Massies dalam Syaiful Sagala [45] ialah :
a. Tertuju pada strategi sebagai kunci sasaran yang
menetukan keberhasilan
b. Pengawasan menjadi umpan balik sebagai bahan revisi
dalam mencapai tujuan
c. Fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi dan
lingkungan
d. Cocok dengan organisasi pendidikan, misalnya
organisasi sistem terbuka
e. Merupakan kontrol diri sendiri
f. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat
kerja
g. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para
personel pendidikan.
Menurut Pidarta dalam Syaiful Sagala [46] pengawasan dalam lembaga pendidikan tidak boleh dilakukan secara eksak,
karena model pengawasan eksak menerapkan kontrol mesin kepada manusia, suatu
kontrol yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia. Pengawasan yang baik
adalah yang dapat memanfaatkan profesi dan karier manusia (personel) secara
optimal, yaitu :
a. Mengikut sertakan mereka dalam menentukan sasaran
b. Menciptakan iklim yang mendorong pengembangan diri
c. Membuat mereka responsif dengan semangat yang
menantang.
Untuk itu ada suatu sistem penilaian yang
sistematis dan tepat yang dapat memberikan
gambaran sebarapa tingkat kualitas yang diperoleh. Penilaian ini
merupakan suatu proses membandingkan hasil nyata yang diperoleh dengan hasil
yang seharusnya diperoleh. Pengawasan ini sebagai alat memperbaiki kesalahan
atau penyimpangan yang dilakukan. Langkah –langkah perbaikan memerlukan
pengaturan yang baik oleh para professional yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan tersebut untuk mengeliminasi pemborosan (efisiensi) dan memaksimalkan
(keefektifan) potensi sumber daya yang tersedia.
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat
dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia disekolah. Kepemimpinan kepala sekolah marupakan salah
satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi,
tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang laksanakan secara
terencana dan bertahap.
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga denga demikian kepala sekolah
mempunyai kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusaha agar
pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan dan pengembangan pendidikan dapat
dilaksanakan dengan lebih baik. Diantara penyelenggaraaan pendidikan yang harus
selalu dibina secara terus menerus oleh kepala sekolah adalah program
pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya yang bersifat fisik, dan hubungan
kerja sama antara sekolah dengan masyarakat. [47]
Kesimpulan, pengawasan dilakukan secar
sistematis yang dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan. Pengawasan ini
mencakup apakah suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan atau belum. Pengawasan disini dimulai dari pekerjaan awal, biaya,
ketepatan waktu dengan membandingkan program kerja dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya
kepala sekolah menentukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua program
kerja guru dan personel sekolah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien
untuk mencapai program kerja yang telah dibuat.
D. Manajemen Waktu Kepala Sekolah dalam Mengelola
Organisasi Sekolah
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya unjuk
kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas
terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna
pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu
yang ada.
Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output
dengan input. Tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu dengan
mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu. Merencanakan terlebih dahulu
penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan
arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari tinjauan secara komprehensif
pekerjaan yang hendak dikerjakan dan rumusan tertulis sebuah rencana dapat
diketahui prioritas hubungan antar aktifitas yang akan dikerjakan sendiri serta
yang didelegasikan. Jebakan yang sering muncul disini adalah rasa percaya diri
dapat cepat bila dikerjakan sendiri dimana hal itu perasaan yang kurang tepat.
Setelah pengorganisasian terjadi maka penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan
sendiri dan pemberian motivasi kepada pemegang delegasi.
Menurut Sudarwan Danim dan Suparno [48]
bahwa salah satu kelemahan sebagian besar kepala sekolah –dan juga tenaga
kependidikanlainnya serta tenaga administrasi- adalah kurang disiplinnya dalam
memanfaatkan waktu yang sudah disusun oleh mereka sendiri, karena mungkin
terlalu padat atau juga terlalu longgar Telah diketahui bahwa dalam manajemen
setidaknya ada empat kegiatan utama yang mendasari berjalannya sebuah
pengelolaan, yaitu: planning, organizing, actuating, dan controlling.
Berikut akan kita coba membahasnya dalam kerangkan manajemen waktu sebagai
sebuah strategi yang diterapkan agar tujuan sekolah khususnya dapat tercapai
dengan maksimal.
Kim Marshall [49] berpendapat Mengelola waktu (managing the time) dapat dilaksanakan
jika seorang bersikaf konsekuen dengan rencana-rencana yang telah dibuatnya
sendiri, dan karena setiap kegiatan sudah direncakan dengan batas waktunya
sendiri, maka ia harus mengerjakan sesuai dengan waktunya agar tidak terjadi
tumpang tindih (over lapping) dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Tahap dalam manajemen waktu adalah
tahap pelaksanaan, karena suatu kegiatan
telah direncanakan dan kapan dilaksanakan serta telah diorganisasikan agar
tidak terjadi tumpang tindih kegaitan dan “tabrakan” waktu, maka dalam
pelaksanaanya tidak akan terjadi kendala yang berarti, hanya saja kemungkinan
ada sedikit atau sebagian kecil insiden yang mengganggu jadwal yang telah
direncanakan, namun hal itu tidak terlalu mengacaukan semua jadwal, karena
telah terorganisirnya jadwal dengan baik.
Manajemen waktu yang baik bagi kepala sekolah menurut Kim Marshall [50] adalah mampu mengatur dan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan
ketentuan waktu yang sudah disepakati bersama. Hal tersebut dapat terlaksana
dengan baik apabila :
1.
Kepala sekolah memiliki
prioritas kerja
2.
Kepala sekolah peka
terhadap informasi-informasi yang diberikan oleh guru dan masyarakat
3.
Kepala sekolah memahami
sistem informasi manajemen dalam hal pengambilan keputusan
4.
Hasil kebijakan dan
keputusan dapat dilaksanakan oleh semua pihak sekolah
5.
Dapat dilaksanakan oleh
staf dan karyawan
6.
Pengawasan yang dilaksanakan
secara berkelanjutan
7.
Kegiatan yang
berorientasi terhadap program kerja
8.
Menuliskan hasil
supervisi yang dilaksanakan terhadap guru guna sebagai upaya perbaikan
9.
Mendahulukan informasi
atau masukan yang berkaitan dengan kemajuan sekolah tanpa mengesampingkan
informasi yang lain
10. Kepala sekolah dan guru melakukan observasi bersama
terhadap sekolah secara keseluruhan sebagai pedoman dalam menentukan keputusan
kebijakan sekolah.
11. Adanya keputusan yang diambil untuk dilaksanakan
secara bersama
12. Menuliskan artikel-artikel tentang pendidikan atau
kegiatan sekolah atau kegiatan guru-guru dalam surat kabar sekolah.
Kepemimpinan pendidikan ini berkaitan
dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan
pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam
hal ini, perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan
menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru,
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku instrumental kepala sekolah merupakan
tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan
dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku
kepala sekolah yang positif dapat mendorong, mengarahkan dan memotivasi seluruh
warga sekolah untuk bekerja sama daam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah
merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah
dalam mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dam efisien, produktif dan akuntabel. Oleh karena itu, kepala
sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen
sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan
kebutuhan zaman; khususnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan
seni. Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah ini perlu lebih ditekankan lagi,
terutama dalam kaitanya dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan. Dalam desentralisasi pendidikan yang menekankan pada manajemen
berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan
dan mengembangkan sekolahnya.
Dalam konteks otonomi
daerah dan desentralisasi pendidikan, kepala sekolah memiliki peran yang sangat
penting dalam mewujudkan sekolah yang efektif dan pembelajaran yang
berkualitas. Kepemimpina kepala sekolah yang efektif antara lain dapat
dianalisis berdasarkan kriteria berikut ini :
1. Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan
serta seluruh warga sekolah lainnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
berkualitas, lancar dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan secara tepat
waktu dan tepat sasaran.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah serta tujuan pendidikan.
4. Mampu menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai
dengan tingkat kedewasaan pendidik dan tenaga kependidikan lain di sekolah.
5. Dapat bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen
sekolah.
6. Dapat mewujudkan tujuan sekolah secara efektif,
efisien, produktif, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.[51]
Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila seorang kepala sekolah selaku
pimpinan sekolah mampu mendelegasikan tugas kepada personel sekolah.
Pendelegasian tugas yang efektif menurut Kim Marshall [52] yaitu :
1. Menempatkan orang-orang yang kompeten dalam peran
kunci dan mendelegasikan tanggung jawab yang maksimal kepada mereka
2. Sebagai upaya dan usaha perbaikan pendidikan, yang
tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaiakan mutu
pengetahuan serta cara kerja pelaksanaannya
3. Kebijakan yang diambil oleh seorang kepala sekolah
sedikit banyaknya harus melibatkan peran serta guru dan personel sekolah .
Adapun hal-hal yang perlu melibatkan peran serta guru dan personel sekolah
menurut Kim Marshall [53] yaitu :
1. Menyusun tata tertib sekolah
2. Perencanaan buku-buku pelajaran
3. Kerja sama antar guru dengan siswa
4. Merencanakan dan merumuskan visi dan misi sekolah.
Manajemen waktu kepala sekolah yang efektif
adalah mengambil inisiatif dan tindakan yang tepat untuk mengatasi berbagai
tantangan yang ada. Ada beberapa faktor yang dianjurkan dalam pengelolaan
sekolah, antara lain :
1.
Fokus pada kelompok.
Kepemimpinan kepala lebih diarahkan kepada
kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, tidak
memfokus kepada individu. Hal ini akan berakibat tumbuh berkembangnya kerja
sama dalam kelompok. Motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam
kelompok, jadi kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap anggota dalam
kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu. Maka
setiap kelompok akan berusaha memacu kerja sama yang sebaik-baiknya, kalau
perlu dengan menarik teman sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.
2.
Melimpahkan wewenang
Seorang kepala sekolah tidak selalu membuat keputusan
sendiri dalam segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam ha-hal yang akan
lebih baik kalau dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada
kelompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya
3.
Merangsang kreativitas
Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja, apakah itu dalam menghasilkan
barang atau menghasilkan jasa, pada dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan
cara kerja. Jadi, kalau diinginkan adanya mutu yang lebih baik jangan takut
menghadapi perubahan, sebab tanpa perubahan tidak akan terjadi peningkatan mutu
kinerja.
4.
Memberi semangat dan
motivasi
Seorang pemimpin pendidikan harus selalu mendambakan
pembaharuan, sebab dia tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat
dihasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, dia harus selalu
mendorong semua orang dalam lembaganya untuk berani melakukan inovasi-inovasi,
baik itu menyangkut cara kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan.
5.
Memikirkan program
penyertaan bersama.
Seorang kepala sekolah harus selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam
tim, kelompok, atau unit-unit organisasi. Program-program mulai dari tahap
perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya dilaksanakan malalui kerjasama,
dan bukan program sendiri-sendiri yang bersifat individual.
6.
Kreatif dan proaktif.
Seorang kepala sekolah harus selalu bertindak kreatif dan proaktif yang
bersifat preventif dan antisipatif. Kepala sekolah tidak hanya bertindak
reaktif yang mulai mengambil tindakan bila sudah terjadi masalah. Kepala
sekolah yang kreatif dan proaktif selalu bertindak untuk mencegah munculnya
masalah dan kesulitan di masa yang akan datang. Setiap rencana tindakan sudah
dipikirkan akibat dan konsekuensi yang bakal muncul, dan kemudian dipikirkan
cara mengeliminasi hal-hal yang bersifat negatif atau berusaha meminimalkannya.
7.
Memperhatikan sumber
daya manusia.
Orang sumber daya yang paling utama dan paling
berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu, SDM harus selalu mendapat
perhatian yang besar dari pimpinan pendidikan dalam arti selalu diupayakan
untuk lebih diberdayakan agar kemampuan-kemampuannya selalu meningkat dari waktu
ke waktu. Dengan kemampuan yang meningkat itulah, SDM dapat diharapkan untuk
meningkatkan mutu kinerjanya.
8.
Membicarakan
persaingan.
Jika membicarakan mutu, maka aka terlintas adanya mutu
yang tinggi dan rendah. Bila dikatakan bahwa kinerja suatu organisasi itu
tinggi karena dibandingkan dengan mutu organisasi lain yang kenyataannya lebih
rendah. Artinya, mutu tentang segala sesuatu itu sifatnya relatif, bukan
absolut. Kepala sekolah dianjurkan melakukan pembandingan dengan sekolah lain,
membandingkan mutu sekolahnya dengan sekolah lain yang sejenis. Kegiata ini
disebut benchmarking. Kepala sekolah harus selalu berusaha menyamai mutu
sekolah lain, bahkan harus senantiasa berusaha melampui mutu sekolah lain. Bila
kepala sekolah membicarakan mutu sekolah lain dan kemudian ingin menyamai atau
melebihi mutunya, berarti dia sedang membicarakan persaingan.
9.
Membangun karakter,
budaya dan iklim organisasi.
Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap
dan perilaku orang-orangnya. Sikap dan perilaku organisasi yang cenderung
menimbulkan rasa senang dan puas pada pihak pelanggan-pelanggannya perlu dibina
oleh pimpinan. Denikian pula budaya organisasi yang menjunjung tinggi
nilai-nilai tertentu yang relevan dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi
itu juga perlu dibina. Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya organisasi
itu harus menjadi pedoman dalam bersikap dan berperilku dalam organisasi. Meskipun
demikian, karakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan berkembang
bila iklim organisasi itu menunjang. Oleh karena itu, pimpinan juga harus
selalu membina iklim organisasinya agar kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
karakter dan budaya organisasi tersebut.
10.
Kepemimpinan yang
tersebar.
Pimpinan kependidikan jangan berusaha memusatkan
kepemimpinan pada dirinya, tetapi harus meyebarkan kepemimpinannya pada
orang-orang lain, dan hanya menyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang
oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan
keputusan dan pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan
organisasi tetap di tangan pimpinan atas, dan lainnya yang bersifat operasional
atau bersifat teknis disebrkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan
dan tugasnya.
11.
Bekerja sama dengan
masyarakat.
Dalam era
desentralisasi pendidikan sekarang ini kerja sama dengan masyarakat sudah
menjadi bagian penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan.
Stein dan Kanter melembagakan satu set respons eksternal dan internal, struktur
partisipasi dan pemecahan masalah, di samping tugas-tugas rutin dalam lembaga
pendidikan. Kegiatan internal dan eksternal, serta kegiatan rutin dan non-rutin
berjalan bersama-sama. Masalah-masalah yang muncul dicari kaitannya baik di
dalam lembaga itu sendiri maupun di masyarakat, supaya dapat diselesaikan
secara lebih mudah dan lebih tuntas.
Pengawasan sebagai bagian penting dalam kegiatan sebuah manajemen
memerlukan kemampuan untuk bertindak objektif, efektif dan efisien. Objektif
berarti bahwa seorang manajer mampu melihat jalannya sebuah lembaga/sekolah
dengan profesional dan proporsional, dia harus mampu mengesampingkan
kepentingan pribadi atau golongan untuk melihat pada kepentingan pencapaian
tujuan lembaga yang sudah terjadwal. Hal tersebut dapat berjalan apabila :
1.
Melaksanakan Supervisi
secara berkelanjutan
2.
Melakukan upaya
pencegahan konflik
3.
Melakukan aktivitas
yang berharga
4.
Melakukan upaya
peningkatan
Melaksanakan supervisi yang berkelanjutan
dilakukan oleh seorang kepala sekolah dengan cara :
1. Melaksanakan kunjungan kelas dengan atau tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu
2. Mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung
3. Merencanakan waktu, sasaran dan cara mengobservasi
selama kunjungan kelas
4. Bersama guru membicarakan hasil supervisi
Upayan pencagahan konflik dilaksanakan agar proses pembelajaran tidak
terganggu sehingga waktu dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif. Hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Tidak memberikan hukuman yang bersifat fisik kepada
siswa
2. Kerjasama yang baik dengan orang tuan siswa
Melakukan aktivitas yang berharga dilakukan oleh kepala sekolah dengan cara
:
1.
Untuk mendapatkan
kehidupan yang berharga dilakukan dengan cara menjaga kesehatan diri, keluarga,
berolah raga secara teratur, tidur dan berlibur
2.
Harus mempunyai
kemampuan dan strategi dari seorang pemimpin
3.
Manajemen waktu yang
baik adalah mengetahui keterbatasan, merencanakan, dan menemukan cara untuk
mengelola diri sendiri.
Melakukan upaya peningkatan personil
sekolah yang dilakukan kepala sekolah dengan cara :
1.
Secara teratur
melaksanakan evaluasi proses secara terus menerus, upaya untuk melakukan
perbaikan
2.
Ada beberapa cara untuk
memantau kemajuan atau perkembangan tentang apa yang dikerjakan diantaranya :
a. Menuliskan catatan evaluasi setiap akhir pekan
b. Kunjungan kelas secara rutin
c. Dari pelaksanaan tersebut dapat diambil kebijakan
tentang kemajuan sekolah dan guru
d. Pengambilan kebijakan dilaksanakan pada kegiatan yang
penting dengan melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar, dan
berpokus kepada waktu pelaksanaannya. [57]
BAB III
KESIMPULAN
Hal yang harus dilakukan dalam
pengawasan manajemen waktu adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan, apakah sesuai dengan perencanaan waktu yang telah disusun, apakah
kegiatan berjalan dengan baik, apakah target yang diharapkan terpenuhi, serta yang
terpenting adalah apakah waktu yang tersedia sudah optimal digunakan untuk
kegiatan yang bermanfaat, kegiatan yang berhubungan langsung dengan pencapaian
tujuan pendidikan. Dapat dimaknai
bahwa permasalahan mendasar dalam manajemen waktu kepala sekolah adalah
ketidakmampuan kepala sekolah dalam menentukan prioritas dari segenap pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah seringkali menunda pekerjaan
yang diangap sulit dan membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, apalagi
pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang diminati.
Masalah yang muncul dalam manajemen
waktu juga disebabkan karena tidak dapat membedakan antara pekerjaan penting
dan medesak. Kepala sekolah biasanya akan mendahulukan pekerjaan yang mendesak
atau dalam artian mendahulukan pekerjaan yang dibutuhkan segera dibandingkan
pekerjaan yang penting, mungkin karena pekerjaan yang penting tersebut durasi
waktunya masih lama.
Untuk
mempermudah seorang kepala sekolah dalam memanajemen waktu dalam pengelolaan
sekolah adalah :
1.
Membuat program kerja yang menjadi skala
prioritas
2.
Perencanaan yang sistematis
3.
Kerja sama yang baik antar orang tua dan
sekolah
4.
Sistem informasi yang terbuka
5.
Delegasi
tugas yang efektif
6.
Pengawasan yang berkelanjutan
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Depdikbud, Panduan Manajemen
Sekolah. Jakarta : Dirjendikdasmen,2000
-------------------.
Depdiknas, Panduan Kepala Sekolah. Jakarta, 2001
Sagala,Syaiful. Manajemen Berbasis Sekolah
dan Masyarakat : Strategi Memenagkan persaingan Mutu. Jakarta:Nimas
Multima, 2005
-------------------. Kemampuan Professional
Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta,2009
-------------------.
Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV. Alfabeta, 2000
Echols, Jhon M. dan Sadily, Hasan. Kamus
Inggris Indonesia. Jakarta :
Gramedia Pustaka,2007
Mukhtar dan Widodo, Suparto. Manajemen
Berbasis Sekolah. Jakarta: CV
fifamas,2003
Kim Marshall. Rethinking Teacher Supervision
and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close The Achievement GAP.
US:2009
Yamin,Martinis. dan Maisah. Manajemen
Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada, 2009
Siagian,Sondang P. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bina
Aksara,1989
Handoko,Hani. Manajemen
II. Yogyakarta: BPFE,1999
Hayaningrat, Soenarno. Pengantar Ilmu
Administrasi dan Pengelolaan. Jakarta: Inti Daya Press,1980
Mulyasa,E. Manajemen Kepala Sekolah
Professional. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007
-------------------.Manajemen dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:Penerbit
Bumi Aksara, 2011
Purwanto,Ngalim. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003
Purwanto,Ngalim. dan Djojopranoto,Sutrdji. Administrasi
Pendidikan. Jakarta : Mutiara, 1983
Burhanuddin,Yusuf. Administrasi Pendidikan. Bandung
: Pustaka Setia,1995
Suhertian,Piet.A. Konsep Dasar dan Tekhnik
Supervisi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta,2000
Gunawan,Ary H. Administrasi Sekolah,
Administrasi Pendidika Mikro.Jakarta : Renika Cipta,1996
Wahjosumidjo. Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Rahman. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint, 2006
Murniati. Implementasi Manajemen Stratejik, Bandung;Penerbit Citapustaka Media Perintis,
2009
Danim,Sudarwan dan
Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan: Visi
dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009
------------------, Manajemen dan
Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala Sekolah. Jakarta :Renika
Cipta,2009
Engkoswara. Dasar-Dasar Administrasi
Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987
Fattah,Nanang. Landasan Manajemen
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,2001
Bateman & Snell. Management Computing in
The New Era. New York: The McGraw-Hill,2002
Terry, George R. Dasar-dasar Manajemen Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2000
[2] Depdiknas, Panduan
Kepala Sekolah,(Jakarta, 2001),hal.5
[3] Jhon M.Echols
dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia
Pustaka,2007),hal.372
[4] Mukhtar dan
Suparto Widodo, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: CV
fifamas,2003),hal.31
[5]
Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close
The Achievement GAP (US:2009), kesimpulan yang diambil dari cerita hal.181
[6] Martinis Yamin
dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas,(Jakarta: Gaung Persada,
2009),hal.1
[7] Sondang
P.Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial,(Jakarta: Bina Aksara,1989),hal.8
[8] Hani Handoko,
Manajemen II, (Yogyakarta: BPFE,1999),hal.8
[9] Soenarno
Hayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan Pengelolaan,(Jakarta: Inti
Daya Press,1980),hal. 67
[10] E.Mulyasa,
Manajemen Kepala Sekolah Professional,(Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2007),hal.15
[11]Depdikbud,
Panduan Manajemen Sekolah ( Jakarta : Dirjendikdasmen,2000),hal.2
[12] Mukhtar dan
Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[13] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close
The Achievement GAP (US:2009),hal.177
[14] Mukhtar dan
Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[15] Ngalim
Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2003), hal.3
[16] Ngalim
Purwanto dan Sutrdji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara, 1983), hal.14
[17] Yusuf
Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka
Setia,1995),hal.13
[18] Kim
Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation,hal.177
[19] Piet.A..Suhertian,
Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka
Cipta,2000),hal.17
[20] Ary H.
Gunawan, Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidika Mikro, (Jakarta :
Renika Cipta,1996),hal.194
[22] Rahman, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan. (Jatinangor: Alqaprint, 2006),hal.106
[23] Murniati, Implementasi
Manajemen Stratejik, (Bandung;Penerbit Citapustaka Media Perintis,
2009), hal. 54.
[24]
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, hal.97
[25] Kim
Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation,hal.177
[26]
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Hal.90
[27] Syaiful
Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan
persaingan Mutu.(Jakarta:Nimas Multima, 2005),hal.224
[28]
Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation,hal.177
[29] Sudarwan Danim
dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala
Sekolah, (Jakarta :Renika Cipta,2009), hal.2
[30] Engkoswara,Dasar-Dasar
Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987), hal.26
[31] Nanang Fattah,
Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), hal.49
[32] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close
The Achievement GAP (US:2009),hal.179
[33]
Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, (kesimpulan cerita yang terdapat pada halaman 181)
[34] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.180
[35] Bateman &
Snell, Management Computing in The New Era,(New York: The
McGraw-Hill,2002), hal.112
[36] Bateman &
Snell, Management Computing in The New Era, hal.112-113
[37] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.182
[38] Bateman &
Snell, Management Computing in The New Era, hal.112-113
[39] Bateman &
Snell, Management Computing in The New Era, hal.114-115
[40]
Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.182
[41] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.183
[42] George R.
Terry, Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta : PT.Bumi
Aksara, 2000), hal. 150
[43] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.184-185
[44] Hani Handoko,
Manajemen II, hal. 25
[45] Syaiful
Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta,2009), hal. 73
[46]
Syaiful Sagala,
Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, hal.80
[47]
Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.188
[48] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan
Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 89
[49] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.188
[50] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.189
[51] Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah, (Jakarta:Penerbit Bumi Aksara, 2011), hal.17
[52]
Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.189-191
[53] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.192
[54] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.190-195
[55] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.193
[56] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.193
[57] Kim Marshall,Rethinking
Teacher Supervision and Evaluation, hal.195