MAKALAH
WAWASAN DASAR
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Pengelolaan Tenaga Kependidikan
DOSEN
PENGAMPU :
Dr. H.
Kasful Anwar US, M.Pd
Dr. Musa,
M.Pd

Disusun
oleh :
MUTTAQIN ROSIDI
NIM : P.p.212.1.1561
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA IAIN STS JAMBI
TAHUN 2014
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan
puji syukur kehadirat Allah SWT, atas hidayah, berkah, rahmat, dan karunianya
akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan, kemudian sholawat teriring
salam kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
memberikan suri tauladan dalam segala aspek kehidupan manusia sehingga
menginspirasi bagi setiap langkah kebenaran ummatnya untuk mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir kelak.
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang
membahas tentang Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan. Penulis sepenuhnya sangat menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan, maka dari itu
sangat diharapkan kritik dan saran dari teman-teman seperjuangan di Konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam terutama dosen pengampu, Bapak Dr.H. Kasful Anwar
US, M.Pd dan Bapak Dr. Musa, M.Pd. demi perbaikan makalah ini ke arah yang lebih
baik. Akhirnya kepada Allah SWT kita
memohon do’a dan berserah diri atas segala kekurangan, semoga makalah ini
berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Jambi,
Februari 2014
Penulis
Muttaqin Rosidi
Nim : P.p.212.1.1561
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
........................................................................................ i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Manajemen ................................................................................... 3
B. Pengertian Administrasi dan Supervisi
Pendidikan ...................................... 5
1.
Pengertian Administrasi ...................................................................... 5
2.
Pengertian Suvervisi ............................................................................ 6
3.
Pengertian Kepala Sekolah ................................................................. 7
C. Fungsi Manajemen dalam Pengelolaan Tenaga
Kependidikan ...................... 10
BAB III
KESIMPULAN .................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah
segala upaya untuk mengembangkan daya-daya cipta, rasa, karsa manusia, baik
anak-anak maupun orang dewasa, yang dilakukan dengan cara-cara yang edukatif
dan sesuai dengan kaidah-kaidah norma kemasyarakatan dan keagamaan. Tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan sebagai
salah satu bagian dari aktivitas manusia menghendaki pencapaian tujuan
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Kedudukan para personel pendidikan,
masing-masing memiliki peran sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Satu sama
lain melengkapi, tidak ada yang menduduki posisi yang dominan dalam
berkontribusi pada usaha pencapaian tujuan pendidikan. Para personal pendidikan
merupakan faktor produksi dalam mencetak calon-calon profesional di masa yang
akan datang serta dalam hal menyuguhkan layanan pendidikan kepada para klien
pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan
peran dari para tenaga kependidikan, seperti guru (pengajar), pembimbing,
supervisor, kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga teknisi, serta
instansi/lembaga pendidikan yang lain.
Manajemen bagian dari kehidupan yang di dalamnya
terjalin hubungan antar manusia dengan bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama pula. Dalam dimensi kehidupan bekerja antar personel manusia yang
memiliki keragaman sifat, kultur, pola fikir dan lain-lain, yang berbeda ini
sangatlah komplek permaslahan yang dihadapi. Dan mau tidak mau
persoalan-persoalan
yang dibawa itu akan membawa dampak positif atau
negatif pada pencapaian tujuan bersama itu. Maka sangat perlu diperhatikan oleh
seorang manajer untuk menjadi wacana pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah manajemennya. Misalnya terkait konflik yang terjadi dalam
organisasi, pengelolan perubahan, mengelola jaringan komunikasi dalam
organisasi, pengelolaan waktu, pengelolaan budaya, dan lain-lain.
Pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide,
gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu,
baik struktural normal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem
pendidikan nasional.[1] Sekolah
merupakan lembaga / organisasi yang kompleks dan unik. Kompleks, karena
dalam operasionalnya sekolah dibangun
oleh berbagai unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan saling
menentukan. Unik, karena sekolah
merupakan organisasi yang khas, menyelenggarakan proses perubahan
perilaku dan proses pembudayaan manusia, yang tidak dimiliki oleh lembaga
manapun.
Semua itu kalau tidak
dikelola secara baik, maka ia akan menjadi penghambat jalannya roda organisasi
atau lembaga pendidikan. Tapi kalau dikelola secara baik, maka akan menjadi
pemicu untuk keberhasilan kegiatan manajerial itu. manajemen
mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efesien
dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.
B. Rumusan Masalah
Agar
permasalah yang dibahas dalam makalah ini tidak jauh melebar, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan di bahas, yaitu :
a.
Apa yang dimaksud dengan manajemen ?
b.
Apa yang dimaksud dengan manajemen administrasi
dan supervisi pendidikan bagi seorang kepala sekolah ?
c.
Apa saja fungsi dari manajemen pengelolaan
pendidikan ?
BAB II
PEBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management
yang berarti pengolahan, ketatalaksanaan, kata dasarnya Manage yang
mempunyai arti mengola, mengurus dan mengatur.[2]
Pengertian Manajemen yang dikutip oleh Mukhtar dan Suparto, manajemen sebagai
kegiatan yang mengarah kepada individu atau grup untuk mencapai tujuan
organisasi.[3]
Definisi ini tidak hanya pada bisnis atau organisasi industri. Manajemen dapat
diaplikasikan pada institusi pendidikan, politik, bahkan keluarga.
Menurut Mary Parker Follet dalam Martinis dan
Maisah menyatakan bahwa manajemen adalah the art of getting done through
people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu yang
dilakukan orang lain. Hal ini meminta perhatian pada kenyataan bahwa manajer
mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan
yang diperlukan, tanpa melakukan sendiri.[4]
Menurut
pendapat Sondang Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui kegiatan orang lain dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[5]
Manajemen dapat dilihat sebagai kelompok orang yang menduduki berbagai jenjang
dan jabatan kepemimpinan. Sebagai kelompok pimpinan tanggung jawab utamanya
bukan lagi melaksanakan sendiri sebagai kegiatan operasional, melainkan menyelengarakan
berbagai fungsi yang memungkinkan para tenaga pelaksana melaksanakan tugas
operasionalnya dengan efesien, efektif, ekonomis, dan produktif. Pernyataan
diatas pada hakekatnya berarti bahwa para
manajer dalam suatu organisasi lebih dituntut memiliki Human Skills
ketimbang teknis.
Hani Handoko [6]
mengatakan manajemen sebagai terminologi kata dari bahasa Inggris Management
mengandung arti suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya.
Soenarno Hayaningrat [7]
mengemukakan batasan manajemen adalah sebagai suatu sistem mengandung arti
bahwa manajemen merupakan suatu kerangka kerja yang terdiri dari bermacam-macam
komponen yang memiliki keterkaitan utuh antara komponen satu dengan komponen
yang lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mulyasa [8]
manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan pada usaha para
anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aktifitas suatu pekerjaan
tidak dilaksanakan oleh satu orang, tetapi melibatkan orang lain. Dalam
melibatkan orang banyak guna untuk mencapai tujuan seorang pemimpin harus mampu
secara professional mengelola organisasi itu sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik. Memanage atau
mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi
secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. [9]
Manajemen sekolah adalah upaya mempedulikan
untuk mengaplikasikan pada tujuan sekolah atau sasaran sekolah. Manajemen
sekolah sebagai kegiatan dengan atau mengarahkan pada individu atau kelompok
sekolah untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.[10]
Setiap organisasi sekolah memilik aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah
manajemen. Dalam dunia pendidikan persekolahan, hanya terdapat satu manajemen
yang bertigkat yaitu manajemen tinggi sampai dengan manajemen terdepan.
Manajemen sekolah sebagai tugas adalah
melaksanakan fungsi-fungsi sekolah dengan potensi manajemen, dalam hal ini
sangat diutamakan peranan eksekutif sekolah, yaitu kepala sekolah. Terkait dengan hal itu, manajemen adalah juga
fungsi-fungsi manajemen berbasis sekolah adalah juga fungsi-fugsi manajemen
dalam :
1.
Mengelola orang-orang yang terkait dengan
sekolah
2.
Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
sekolah
3.
Proses pengorganisasian dan memakai
sumber-sumber untuk menyelesaiakan tujuan yang sudah ditetapkan sekolah.[11]
B. Pengertian Administrasi dan Supervisi Pendidikan
1.
Pengertian
Administrasi
Kata “Administrasi” berasal dari bahasa latin
yanag terdiri atas kata “ad” dan “ministrare”, kata “ad” mempunyai
arti “to” dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” dan “ministrare”
sama sama artinya dengan kata “to serve” yang berarti melayani,
membantu, mengatur,memelihara dan mengerjakan.[12]
Jadi kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha,
untuk,membantu, melayani, mengarahkan,atau mengatur seluruh kegiatan untuk
mencapai tujuan. Administrasi yang dimaksud adalah administrasi pendidikan
yaitu suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan,
pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan, dengan menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas yang tersedia , baik personel, material maupun spritual,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang efekti dan efesien.[13]
Yusuf[14]
berpendapat bahwa administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan
pelaku manusia dalam pendidikan, agar semua agara semua daya yang ada dapat
ditata sebaik mungkin, suhingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara
produktif.
Engkoswara dalam Fred David[15]
mengemukakan bahwa “ administrasi pendidikan dalam arti seluas-luasanya adalah
suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan
pendidikan secara produktif”. Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna,
“mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya
yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina”. Sumber
dayanya terdiri dari :
1.
Sumber daya manusia
(peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan),
2.
Sumber belajar atau
kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan), dan
3. Fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang
kemungkinan terjadinya pendidikan).
Tujuan pendidikan yang produktif
berupa prestasi yang efektif, dan suasana atau proses yang efisien. Selanjutnya
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat dilihat dari
sudut administratif, psikologis, dan ekonomis.
Administrasi pendidikan ialah segenap
proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual
maupun material yang bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses
administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan
secara efesien.
Dari pengertian diatas penulis ingin membatasi
pengertian administrasi pendidikan yaitu suatu usaha untuk membantu, melayani,
mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai administrator kepala
sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membantu, melayani, serta mengatur para
stafnya dalam melaksanakan pendidikan agar tercapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2.
Pengertian
Supervisi
Dalam hal ini supervisi yang dimaksud adalah
supervisi pendidikan. Kata supervisi pendidikan diadopsi dari bahasa inggris
yaitu “Supervision” yang berarti pengawas, kepengawasan. Sedangkan orang
yang melakukan supervisi disebut supervisor. Supervisi merupakan kegiatan
membina dan melayani agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan
profesinya. Supervisi adalah segenap usaha untuk menstimiulasi, mengkoordinasi
membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara
individual, maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebik efektifdalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.[16]
Dalam konteks pendidikan supervisi adalah usaha
memberi layana kepada guru-guru baik secara individual maupun kelompok dalam
usaha memperbaiki proses pembelajaran dengan tujuan memberikan layanan atau
bantuan untuk mengembangkan situasi pembelaran yang dilakukan guru dikelas dan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dikelas maupun sekolah. Oleh
karena itu supervisi dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengadakan hubungan individu dan hubungan tekhnis. Supervisor dalam menjalankan tugasnya bukan
saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti dan
diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai.
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat
diambil pengertian supervisi pendidikan adalah pembinaan yang direncanakan dan
dilakukan untuk memperbaiki situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya
serta meningkatkan mutu pembelajaran pada khususnya. Baik berupa layanan,
bantuan, dorongan,dan tutunan agar guru beserta personal staf lainnya selalu
meningkatkan meningkatkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan dunia
pendidikan.
Agar
tidak terjadi perselisihan antara
defenisi yang satu dengan defenisi yang lain
penulis memberikan batasan istilah tentang pengertian supervisi, yaitu
usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara indifidual kelompok agar
terwujud seluruh fungsi pengajaran, yaitu bagaimana kepala sekolah sebagai
supervisor mampu memberikan layanan kepada guru-guru agar tercapai tujuan
pengajaran yang lebih baik.
3.
Pengertian
Kepala Sekolah
Kepala sekolah bersal dari dua kata
yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah
lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum
kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana
temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo [17]
mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman [18] mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah
seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan
structural (kepala sekolah) di sekolah”.
Kepala
sekolah adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing,
mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan
ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan
dan pembelajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pembelajaran. Kepala sekolah
merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan besar dalam mengembangkan
mutu pendidikan sekolah [19].
Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru
yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu
sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk
komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan
kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan
dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah
seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo [20]
adalah:
1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.
2. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan.
3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala
sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.
4. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan
konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu
analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible.
5. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru
penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri
dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa
menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik
tersebut.
6. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah
harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan
kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang
secara efektif, apabila:
a.
Dapat dikembangkan
prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing,
b.
Terbentuknya aliasi
atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya;
c.
Terciptanya kerjasama
(cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat
dilaksanakan.
7. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai
macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang di pimpinnya.
8. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit.
Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu
dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua
seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran
kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang
diungkapkan oleh Wahjosumidjo [21]
adalah:
(a) Peranan hubungan
antar perseorangan;
(b) Peranan
informasional;
(c) Sebagai pengambil keputusan.
C. Fungsi Manajemen Bagi Pengelolaan Tenaga Kependidikan
Kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap
jalannya usaha untuk meningkatkan kompetensi dasar guru di sekolah. Meskipun
seorang kepala sekolah selalu dihadapi banyak masalah untuk meningkatkan
kemampuan guru. Dalam hal ini perlu ditegakkan asumsi in service education
yaitu dengan cara :
1. Semua personel sekolah memerlukan in service
education sepanjang kariernya
2. Perkembangan praktek lapangan pendidikan meminta
pertimbangan waktu dan hasil sistematis memerlukan pengembangan staf
3. In-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas program sekolah
dan professionalisme personil
4. Perlunya motivasi belajar dimana mereka percaya ada
kontrol dalam belajarnya
5. Lembaga sekolah sebagai unit belajar bertanggung jawab
dalam menyediakan sumber dan kebutuhan latihan stafnya.[22]
Menurut Fayol dalam Sudarwan dan Suparno [23]
ada lima fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan,
memerintah, mengkoordinasikan dan mengendalikan. Sedangkan Stoner membagi
fungsi manajemen menjadi empat, yaitu : merencanakan (Planning),
mengorganisasikan (organizing), memimpin (leadership), dan
mengendalikan (controlling). Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud
mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan oleh
Engkoswara [24]
yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas
manajerial pada setiap organisasi. Karena itu perencanaan akan menentukan
perbedaan kinerja suatu organisasi lainnya dalam pelaksanaan rencana untuk
mencapai tujuan. Nanang Fattah [25]
mengartikan perencanaan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang
akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa
yang mengerjakannya.
Perencanaan sering juga disebut jembatan yang
menghubungkan kesenjangan atau jurang antara masa kini dan keadaan yang
diharapkan. Artinya perencanaan merupakan usaha kongkrit langkah-langkah yang
harus ditempuh yang dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi. Karena
itu defenisi yang paling umum tentang perencanaan adalah merupakan usaha sadar
dalam pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Perencanaan berarti penggambaran dimuka tentang
hal-hal yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan agar tujuan tersebut tercapai.
Perencanaan memiliki bentuk-bentuk :
1. Tujuan (objektif) merupakan suatu sasaran dimana
kegiatan itu diarahkan dan diusahakan untuk sedapat mungkin dicapai dalam
jangka waktu tertentu.
2. Kebijakan (policy) adalah suatu pernyataan atau
pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam pengambilan keputusan terhadap
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
3. Prosedur merupakan rangkaian tindakan yang akan
dilaksanakan untuk waktu mendatang. Prosedur lebih menitik beratkan pada suatu
tindakan.
4. Strategi merupakan rangkaian tindakan penyesuaian diri
dari rencana yang telah dibuat.
5. Aturan (rule) adalah suatu tindakan yang sfesifik
dan merupakan bagian dari prosedur. Aturan-aturan yang saling berkaitan dapat
dikelompokkan menjadi suatu golongan disebut prosedur.
6. Program merupakan campuran antara kebijakan prosedur,
aturan dan pemberian tugas yang disertai suatu anggaran (budget) semuanya
ini akan menciptakan adanya tindakan.[26]
Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan diartikan
sebagai usaha sadar berupa proses yang sistematis dalam membuat keputusan
tentang aktifitas-aktifitas dan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh individu,
kelompok, unit kerja, atau organisasi pada masa yang akan datang. Karena
perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan, maka perencanaan harus
dilakukan melalui proses tertentu.
Proses perencanaan bagi seorang kepala sekolah dibagi
menjadi enam tahapan :
1.
Langkah pertama adalah
analisis keadaan (situational analysis). Pada tahap ini, seorang kepala
sekolah mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menyimpulkan semua informasi
yang relevan dengan isu-isu perencanaan.
2.
Langkah kedua adalah
menetapkan alternatif tujuan dan rencana (alternative goals and plans).
Pada langkah ini, berdasarkan analisis keadaan yang telah dirumuskan, proses
perencanaan harus membuat alternatif-alternatif umum dari tujuan-tujuan yang
hendak dicapai dan rencana-rencana kerja yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
3.
Langkah ketiga adalah
mengevaluasi tujuan dan rencana (goal and plan evaluation). Pada langkah
ini , pengambilan keputusan harus memperhatikan atau mengevaluasi keuntungan,
kerugian, dan dampak-dampak yang mungkin timbul dari setiap alternatif tujuan
dan rencana yang ada.
4.
Langkah keempat adalah
memilih tujuan dan rencana (goal and plan selection). Pada langkah ini,
seorang kepala sekolah sebagai perencana berada pada posisi untuk memilih
alternatif tujuan dan rencana yang paling memungkinkan untuk bisa mencapapai
harapan yang diinginkan.
5.
Langkah kelima adalah
mengimplementasikannya (implementation). Pada langkah ini,
rencana-rencana kerja dengan tujuan-tujuan yang telah dipilih harus
dilaksanakan.
6.
Langkah keenam adalah
memonitor dan mengontrol pelaksanaan (monitor and control). Sebagai
langkah terakhir, semua aktifitas implementasi dari rencana dan tujuan yang
telah ditetapkan harus dimonitor dan dikontrol secara ketat supaya tidak
terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang bisa berakibat tidak tercapainya
tujuan yang ingin dicapai. [27]
Dapat disimpulkan bahawa perencanaan merupakan langkah
awal bagi kepala sekolah untuk melakukan program kerja disekolah. Kepala
sekolah sebagai supervisor harus menetapkan perencanaan yang sistematis
strategis, seperti perencanaan pertumbuhan sekolah, rencana kegiatan sekolah,
dan rencana pengembangan sekolah yang kesemuanya merupakan suatu sistem yang
saling berhubungan.
Rencana yang sistematis
bagi seorang kepala sekolah bukanlah suatu proses yang statis, melainkan
bersifat dinamis dan fleksibel, karena ketika perencanaan telah menjadi suatu
ide yang sulit untuk ditangkap, maka rencana tersebut akan menjadi tidak tepat
lagi, oleh karena itu perencanaan tersebut harus diubah dan disesuaikan dengan
kebutuhan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pelaksanaan terdiri
atas pendelegasian tugas dan penggerakkan dalam organisasi. Organisasi adalah
aktivitas-aktivitas penyusunan dan membentuk hubungan-hubungan sehingga
terwujud kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan[28]. Tahap-tahap/langkah-langkah manajemen dalam
membentuk kegiatan pada proses pengorganisasian meliputi :
a. Sasaran, manajer
harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai,
b. Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus
mengetahui, merumuskan dan mensfesifikasikan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
dalam mencapai tujuan organisasi dan penyusunan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan,
c. Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam beberapa
kelompok atas dasar dan tujuan yang sama, kegiatan-kegiatan yang bersamaan
serta berkaitan yang terdapat dalam satu unit kerja/departemen,
d. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus
menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap personil,
Proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
menunjukkan kepada cara input pendidikan diubah menjadi output
dan outcome pendidikan. Dalam pendidikan yang berskala mikro, yaitu
sekolah, proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan pendidikan,
pengeolaan kelembagaan sekolah, pengelolaan program pendidikan, pemotivasiaan
staf ( guru dan tenaga pendidik lainnya ). Pengorganisasian tugas-tugas melaui team
work, pembelajaran, serta monitoring dan evaluasi pendidikan dan
pengajaran.[30]
Manajemen sekolah
berfungsi mengsingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua
komponen dalam interaksi ( proses ) belajar baik antar guru, siswa dan sarana
pendukung dikelas maupun diluar kelas, baik konteks kurikuler maupun
ekstrakurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non
akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan
fungsi actuating justru lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi. Dalam hal ini, George R.
Terry [31]
mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan berusaha dan berbuat
untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks organisasi sekolah, actuating berarti
kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personel sekolah
tentang bagaimana cara melaksanakan tugas-tugas dan bagaimana proses
pelaporannya, memberikan bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan cara-cara
kerja, mengadakan pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan
instruksi-instruksi. Misalnya, guru dan seluruh personel sekolah akan dapat
melaksanakan tugasnya sesuai standar mutu kerja yang dipersyaratkan, jika
kepala sekolah sebagai pimpinan memberikan arahan yang jelas. Kepala sekolah
perlu melakukan actuating dengan cara memberi semangat dan motivasi
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan jujur, agar tidak menyimpang
dari arah yang telah ditetapkan.
Actuating ini menggambarkan bahwa
pimpinan memberikan arah yang jelas dalam pelaksanaan usaha penyelenggaraan
pendidikan disekolah menurut pola dan rencana yang telah disusun bersama. Actuating
mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari para guru dan
personel lainnya disekolah, memberi penghargaan, memimpin, memberi kompensasi,
memberikan dukungan yang kuat agar guru dan personel lainnya melaksanakan tugas
dalam memberikan layanan belajar kepada peserta didiknya dengan penuh antusias.
Kesimpulan, pelaksanaan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat
secara detail. Pelaksanaan tidak dapat dilakukan diluar dari perencanaan
tersebut, bila dilakukan dapat menimbulkan program kerja yang tidak dapat
berjalan optimal. Pelaksanaan bisa berjalan apabila mengikuti perencanaan yang
sudah direncanakan secara spesifik, namun dalam kenyataan banyak program tidak
mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi
manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi
terdahulu tidak akan efektif apabila tanpa disertai fungsi pengawasan.
Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi manajemen, pengawasan merupakan
salah satu tugas dari manajer yang secara langsung mengendalikan
kegiatan-kegiatan.
Sebagai salah satu
fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para
manajer pada suatu organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam
berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang
direncanakan dapat tercapai dan berjalan dengan benar sesuai hasil musyawarah
dan pendayagunaan sumber daya material yang akan mendukung terwujudnya
organisasi.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
pengawasan menurut Massies dalam Syaiful Sagala [32]
ialah :
a. Tertuju pada strategi sebagai kunci sasaran yang
menetukan keberhasilan
b. Pengawasan menjadi umpan balik sebagai bahan revisi
dalam mencapai tujuan
c. Fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi dan
lingkungan
d. Cocok dengan organisasi pendidikan
e. Merupakan kontrol diri sendiri
f. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat
kerja
g.
Memperhatikan hakikat
manusia dalam mengontrol para personel pendidikan.
Menurut Pidarta dalam Syaiful Sagala [33]
pengawasan dalam lembaga pendidikan tidak boleh dilakukan secara eksak, karena
model pengawasan eksak menerapkan kontrol mesin kepada manusia, suatu kontrol
yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia. Pengawasan yang baik adalah
yang dapat memanfaatkan profesi dan karier manusia (personel) secara optimal,
yaitu :
a.
Mengikut sertakan
mereka dalam menentukan sasaran
b.
Menciptakan iklim yang
mendorong pengembangan diri
c.
Membuat mereka
responsif dengan semangat yang menantang.
Untuk itu ada suatu sistem penilaian yang sistematis
dan tepat yang dapat memberikan gambaran
sebarapa tingkat kualitas yang diperoleh. Penilaian ini merupakan suatu proses
membandingkan hasil nyata yang diperoleh dengan hasil yang seharusnya
diperoleh. Pengawasan ini sebagai alat memperbaiki kesalahan atau penyimpangan
yang dilakukan. Langkah –langkah perbaikan memerlukan pengaturan yang baik oleh
para professional yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut untuk
mengeliminasi pemborosan (efisiensi) dan memaksimalkan (keefektifan) potensi
sumber daya yang tersedia.
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia disekolah. Kepemimpinan kepala sekolah marupakan salah satu
faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan,
dan sasaran sekolah melalui program-program yang laksanakan secara terencana
dan bertahap.
Kesimpulan, pengawasan dilakukan secar sistematis yang
dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan. Pengawasan ini mencakup apakah suatu
kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau belum.
Pengawasan disini dimulai dari pekerjaan awal, biaya, ketepatan waktu dengan
membandingkan program kerja dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selanjutnya kepala sekolah
menentukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua program kerja guru dan
personel sekolah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien untuk mencapai
program kerja yang telah dibuat.
BAB III
KESIMPULAN
Bertolak dari asumsi bahwa life
is education and education is life dalam arti pendidikan sebagai persoalan
hidup dan kehidupan maka diskursus seputar pendidikan merupakan salah satu
topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang dapat diidentifikasi
sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji. Pertama, kebutuhan akan
pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan
ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan pendidikan berarti berbicara
kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis
bagi upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya
level kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai
alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di masa depan.
Untuk menuju point education
change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan
adalah hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga
menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi
pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan
pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang
bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah
tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang
pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar,
sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam
pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai
suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui
pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling
dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen
organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang
bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bateman & Snell, Management Computing in
The New Era, New York: The McGraw-Hill,2002
Burhanuddin, Yusuf, Administrasi Pendidikan,
Bandung : Pustaka Setia,1995
Depdikbud, Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta
: Dirjendikdasmen,2000
Danim, Sudarwan, dan Suparno, Manajemen dan
Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala Sekolah, Jakarta :Renika
Cipta,2009
David,R.
Fred Konsep Manajemen Strategis, Jakarta: PT Indeks, 2004
E.Mulyasa, Manajemen Kepala Sekolah
Professional, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007
Engkoswara,Dasar-Dasar Administrasi
Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,2001
Handoko, Hani, Manajemen II, Yogyakarta:
BPFE,1999
Hayaningrat, Soenarno Pengantar Ilmu
Administrasi dan Pengelolaan, Jakarta: Inti Daya Press,1980
M.Echols, Jhon, dan Sadily, Hasan, Kamus
Inggris Indonesia,Jakarta: Gramedia Pustaka,2007
Mukhtar dan Widodo, Suparto, Manajemen
Berbasis Sekolah, Jakarta: CV fifamas, 2003
Mukhtar, dkk, Sekolah
Berprestasi, Jakarta : Nimas Multima, 2001
Murniati, Implementasi Manajemen Stratejik, Bandung;Penerbit
Citapustaka Media Perintis, 2009
Marno,
Management and Leadership, Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam, Jakarta : Lintas Pustaka,2007
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003
Purwanto, Ngalim, dan Djojopranoto, Sutrdji,
Administrasi Pendidikan, Jakarta :
Mutiara, 1983
Rahman, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint, 2006
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan
Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta, 2000
-----------------, Manajemen Berbasis
Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan persaingan Mutu. Jakarta:Nimas
Multima, 2005
-----------------, Kemampuan Professional
Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta,2009
Siagian, Sondang P, Fungsi-fungsi
Manajerial, Jakarta: Bina Aksara,1989
Suhertian, Piet.A, Konsep Dasar dan Tekhnik
Supervisi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta,2000
Terry, George R. Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa
Indonesia Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2000
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002
Yamin, Martinis, dan Maisah, Manajemen
Pembelajaran Kelas, Jakarta: Gaung Persada, 2009
[2] Jhon
M.Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia
Pustaka,2007),hal.372
[3] Mukhtar
dan Suparto Widodo, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: CV
fifamas,2003),hal.31
[4]
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas,(Jakarta: Gaung
Persada, 2009),hal.1
[5] Sondang
P.Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial,(Jakarta: Bina Aksara,1989), hal.8
[6] Hani
Handoko, Manajemen II, (Yogyakarta: BPFE,1999),hal.8
[7]
Soenarno Hayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan Pengelolaan,(Jakarta:
Inti Daya Press,1980),hal. 67
[8]
E.Mulyasa, Manajemen Kepala Sekolah Professional,(Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2007),hal.15
[9]Depdikbud,
Panduan Manajemen Sekolah ( Jakarta : Dirjendikdasmen,2000),hal.2
[10] Mukhtar
dan Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[11] Mukhtar
dan Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[12] Ngalim
Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2003), hal.3
[13] Ngalim
Purwanto dan Sutrdji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara, 1983), hal.14
[14] Yusuf
Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka
Setia,1995),hal.13
[15]
R. Fred David, Konsep Manajemen Strategis, (Jakarta: PT Indeks,
2004), hal. 54.
[16]
Piet.A..Suhertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan, (Jakarta
: PT Rineka Cipta,2000),hal.17
[18] Rahman, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan. (Jatinangor: Alqaprint, 2006),hal.106
[19] Murniati, Implementasi Manajemen Stratejik, (Bandung;Penerbit
Citapustaka Media Perintis, 2009), hal. 54.
[22] Syaiful
Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan
persaingan Mutu.(Jakarta:Nimas Multima, 2005),hal.224
[23]
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala
Transformasional ke Kepala Sekolah, (Jakarta :Renika Cipta,2009), hal.2
[24]
Engkoswara, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Dikti,
Depdikbud,1987), hal.26
[25] Nanang
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2001), hal.49
[26] Bateman
& Snell, Management Computing in The New Era,(New York: The
McGraw-Hill,2002), hal.112
[27] Bateman &
Snell, Management Computing in The New Era, hal.114-115
[28]
Ngalim
Purwanto dan Sutrdji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan,hal. 17
[29]
Marno, Management and Leadership, Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta : Lintas Pustaka,2007),hal. 30-31
[30]
Mukhtar, dkk, Sekolah Berprestasi, (Jakarta : Nimas Multima, 2001),
hal.26
[31] George
R. Terry, Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta :
PT.Bumi Aksara, 2000), hal. 150
[32] Syaiful
Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta,2009), hal. 73
[33] Syaiful
Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, hal.80
Tidak ada komentar:
Posting Komentar