Senin, 29 September 2014

WAWASAN DASAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN



MAKALAH
WAWASAN DASAR
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Pengelolaan Tenaga Kependidikan

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Kasful Anwar US, M.Pd
Dr. Musa, M.Pd

Logo-IAIN-Sulthan-Thaha-Saifuddin-Jambi.jpg
Disusun oleh :
MUTTAQIN ROSIDI
 NIM : P.p.212.1.1561

KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA IAIN STS JAMBI
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

                Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas hidayah, berkah, rahmat, dan karunianya akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan, kemudian sholawat teriring salam kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan dalam segala aspek kehidupan manusia sehingga menginspirasi bagi setiap langkah kebenaran ummatnya untuk mendapatkan syafa’atnya di hari akhir kelak.
                Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang membahas tentang Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan.  Penulis sepenuhnya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan, maka dari itu sangat diharapkan kritik dan saran dari teman-teman seperjuangan di Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam terutama dosen pengampu, Bapak Dr.H. Kasful Anwar US, M.Pd  dan Bapak  Dr. Musa, M.Pd.  demi perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik.  Akhirnya kepada Allah SWT kita memohon do’a dan berserah diri atas segala kekurangan, semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
                                                                             
                                                                                         Jambi,    Februari 2014
                                                                                                Penulis


Muttaqin Rosidi
Nim : P.p.212.1.1561    







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR  ........................................................................................ i    
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A.  Latar Belakang       1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................  3
A.   Pengertian Manajemen ...................................................................................  3
B.   Pengertian Administrasi dan Supervisi Pendidikan  ......................................  5
1.      Pengertian Administrasi ......................................................................  5
2.      Pengertian Suvervisi ............................................................................  6
3.      Pengertian Kepala Sekolah  .................................................................  7
C.   Fungsi Manajemen dalam Pengelolaan Tenaga Kependidikan ...................... 10
BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan adalah segala upaya untuk mengembangkan daya-daya cipta, rasa, karsa manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang dilakukan dengan cara-cara yang edukatif dan sesuai dengan kaidah-kaidah norma kemasyarakatan dan keagamaan. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan sebagai salah satu bagian dari aktivitas manusia menghendaki pencapaian tujuan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Kedudukan para personel pendidikan, masing-masing memiliki peran sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Satu sama lain melengkapi, tidak ada yang menduduki posisi yang dominan dalam berkontribusi pada usaha pencapaian tujuan pendidikan. Para personal pendidikan merupakan faktor produksi dalam mencetak calon-calon profesional di masa yang akan datang serta dalam hal menyuguhkan layanan pendidikan kepada para klien pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan peran dari para tenaga kependidikan, seperti guru (pengajar), pembimbing, supervisor, kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga teknisi, serta instansi/lembaga pendidikan yang lain.
Manajemen bagian dari kehidupan yang di dalamnya terjalin hubungan antar manusia dengan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Dalam dimensi kehidupan bekerja antar personel manusia yang memiliki keragaman sifat, kultur, pola fikir dan lain-lain, yang berbeda ini sangatlah komplek permaslahan yang dihadapi. Dan mau tidak mau persoalan-persoalan

yang dibawa itu akan membawa dampak positif atau negatif pada pencapaian tujuan bersama itu. Maka sangat perlu diperhatikan oleh seorang manajer untuk menjadi wacana pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah manajemennya. Misalnya terkait konflik yang terjadi dalam organisasi, pengelolan perubahan, mengelola jaringan komunikasi dalam organisasi, pengelolaan waktu, pengelolaan budaya, dan lain-lain.
Pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha  mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik struktural normal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem pendidikan nasional.[1]  Sekolah  merupakan lembaga / organisasi yang kompleks dan unik. Kompleks, karena dalam operasionalnya sekolah  dibangun oleh berbagai unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan saling menentukan. Unik, karena sekolah  merupakan organisasi yang khas, menyelenggarakan proses perubahan perilaku dan proses pembudayaan manusia, yang tidak dimiliki oleh lembaga manapun.
Semua itu kalau tidak dikelola secara baik, maka ia akan menjadi penghambat jalannya roda organisasi atau lembaga pendidikan. Tapi kalau dikelola secara baik, maka akan menjadi pemicu untuk keberhasilan kegiatan manajerial itu. manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.
B.  Rumusan Masalah
Agar permasalah yang dibahas dalam makalah ini tidak jauh melebar, maka penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas, yaitu :
a.       Apa yang dimaksud dengan manajemen ?
b.      Apa yang dimaksud dengan manajemen administrasi dan supervisi pendidikan bagi seorang kepala sekolah ?
c.       Apa saja fungsi dari manajemen pengelolaan pendidikan  ?

BAB II
PEBAHASAN
A.  Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management yang berarti pengolahan, ketatalaksanaan, kata dasarnya Manage yang mempunyai arti mengola, mengurus dan mengatur.[2] Pengertian Manajemen yang dikutip oleh Mukhtar dan Suparto, manajemen sebagai kegiatan yang mengarah kepada individu atau grup untuk mencapai tujuan organisasi.[3] Definisi ini tidak hanya pada bisnis atau organisasi industri. Manajemen dapat diaplikasikan pada institusi pendidikan, politik, bahkan keluarga.
Menurut Mary Parker Follet dalam Martinis dan Maisah menyatakan bahwa manajemen adalah the art of getting done through people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu yang dilakukan orang lain. Hal ini meminta perhatian pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa melakukan sendiri.[4]
Menurut pendapat Sondang Manajemen adalah seni memperoleh hasil  melalui kegiatan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[5] Manajemen dapat dilihat sebagai kelompok orang yang menduduki berbagai jenjang dan jabatan kepemimpinan. Sebagai kelompok pimpinan tanggung jawab utamanya bukan lagi melaksanakan sendiri sebagai kegiatan operasional, melainkan menyelengarakan berbagai fungsi yang memungkinkan para tenaga pelaksana melaksanakan tugas operasionalnya dengan efesien, efektif, ekonomis, dan produktif. Pernyataan

diatas pada hakekatnya berarti bahwa para manajer dalam suatu organisasi lebih dituntut memiliki Human Skills ketimbang teknis.
Hani Handoko [6] mengatakan manajemen sebagai terminologi kata dari bahasa Inggris Management mengandung arti suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Soenarno Hayaningrat [7] mengemukakan batasan manajemen adalah sebagai suatu sistem mengandung arti bahwa manajemen merupakan suatu kerangka kerja yang terdiri dari bermacam-macam komponen yang memiliki keterkaitan utuh antara komponen satu dengan komponen yang lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mulyasa [8] manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan pada usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aktifitas suatu pekerjaan tidak dilaksanakan oleh satu orang, tetapi melibatkan orang lain. Dalam melibatkan orang banyak guna untuk mencapai tujuan seorang pemimpin harus mampu secara professional mengelola organisasi itu sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.  Memanage atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. [9]
Manajemen sekolah adalah upaya mempedulikan untuk mengaplikasikan pada tujuan sekolah atau sasaran sekolah. Manajemen sekolah sebagai kegiatan dengan atau mengarahkan pada individu atau kelompok sekolah untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.[10] Setiap organisasi sekolah memilik aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dalam dunia pendidikan persekolahan, hanya terdapat satu manajemen yang bertigkat yaitu manajemen tinggi sampai dengan manajemen terdepan.
Manajemen sekolah sebagai tugas adalah melaksanakan fungsi-fungsi sekolah dengan potensi manajemen, dalam hal ini sangat diutamakan peranan eksekutif sekolah, yaitu kepala sekolah.  Terkait dengan hal itu, manajemen adalah juga fungsi-fungsi manajemen berbasis sekolah adalah juga fungsi-fugsi manajemen dalam :
1.      Mengelola orang-orang yang terkait dengan sekolah
2.      Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah
3.      Proses pengorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaiakan tujuan yang sudah ditetapkan sekolah.[11]

B.  Pengertian Administrasi dan Supervisi Pendidikan 
1.      Pengertian Administrasi
Kata “Administrasi” berasal dari bahasa latin yanag terdiri atas kata “ad” dan “ministrare”, kata “ad” mempunyai arti “to” dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” dan “ministrare” sama sama artinya dengan kata “to serve” yang berarti melayani, membantu, mengatur,memelihara dan mengerjakan.[12] Jadi kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha, untuk,membantu, melayani, mengarahkan,atau mengatur seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan. Administrasi yang dimaksud adalah administrasi pendidikan yaitu suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia , baik personel, material maupun spritual, untuk mencapai tujuan pendidikan yang efekti dan efesien.[13]
Yusuf[14] berpendapat bahwa administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan pelaku manusia dalam pendidikan, agar semua agara semua daya yang ada dapat ditata sebaik mungkin, suhingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara produktif.
Engkoswara dalam Fred David[15] mengemukakan bahwa “ administrasi pendidikan dalam arti seluas-luasanya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”. Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, “mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina”. Sumber dayanya terdiri dari :
1.    Sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan),
2.    Sumber belajar atau kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan), dan
3.    Fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinan terjadinya pendidikan).
Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif, dan suasana atau proses yang efisien. Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat dilihat dari sudut administratif, psikologis, dan ekonomis.
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan dikioordinasi secara efektif, yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efesien.
Dari pengertian diatas penulis ingin membatasi pengertian administrasi pendidikan yaitu suatu usaha untuk membantu, melayani, mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai administrator kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membantu, melayani, serta mengatur para stafnya dalam melaksanakan pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.      Pengertian Supervisi
Dalam hal ini supervisi yang dimaksud adalah supervisi pendidikan. Kata supervisi pendidikan diadopsi dari bahasa inggris yaitu “Supervision” yang berarti pengawas, kepengawasan. Sedangkan orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Supervisi merupakan kegiatan membina dan melayani agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya. Supervisi adalah segenap usaha untuk menstimiulasi, mengkoordinasi membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individual, maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebik efektifdalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.[16]
Dalam konteks pendidikan supervisi adalah usaha memberi layana kepada guru-guru baik secara individual maupun kelompok dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran dengan tujuan memberikan layanan atau bantuan untuk mengembangkan situasi pembelaran yang dilakukan guru dikelas dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dikelas maupun sekolah. Oleh karena itu supervisi dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan individu dan hubungan tekhnis.  Supervisor dalam menjalankan tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti dan diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai.
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat diambil pengertian supervisi pendidikan adalah pembinaan yang direncanakan dan dilakukan untuk memperbaiki situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya serta meningkatkan mutu pembelajaran pada khususnya. Baik berupa layanan, bantuan, dorongan,dan tutunan agar guru beserta personal staf lainnya selalu meningkatkan meningkatkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
 Agar tidak terjadi perselisihan  antara defenisi yang satu dengan defenisi yang lain  penulis memberikan batasan istilah tentang pengertian supervisi, yaitu usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara indifidual kelompok agar terwujud seluruh fungsi pengajaran, yaitu bagaimana kepala sekolah sebagai supervisor mampu memberikan layanan kepada guru-guru agar tercapai tujuan pengajaran yang lebih baik.

3.      Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo [17] mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman [18]  mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.
Kepala sekolah adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan besar dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah [19].
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo [20] adalah:
1.    Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.
2.    Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan.
3.    Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.
4.    Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible.
5.    Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
6.    Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila:
a.       Dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing,
b.      Terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya;
c.       Terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
7.    Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang  di pimpinnya.
8.    Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo [21] adalah:
(a) Peranan hubungan antar perseorangan;
(b) Peranan informasional;
(c) Sebagai pengambil keputusan.
C.  Fungsi Manajemen  Bagi Pengelolaan Tenaga Kependidikan  
Kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha untuk meningkatkan kompetensi dasar guru di sekolah. Meskipun seorang kepala sekolah selalu dihadapi banyak masalah untuk meningkatkan kemampuan guru. Dalam hal ini perlu ditegakkan asumsi in service education yaitu dengan cara :
1.      Semua personel sekolah memerlukan in service education sepanjang kariernya
2.      Perkembangan praktek lapangan pendidikan meminta pertimbangan waktu dan hasil sistematis memerlukan pengembangan staf
3.      In-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas program sekolah dan professionalisme personil
4.      Perlunya motivasi belajar dimana mereka percaya ada kontrol  dalam belajarnya
5.      Lembaga sekolah sebagai unit belajar bertanggung jawab dalam menyediakan sumber dan kebutuhan latihan stafnya.[22]
Menurut Fayol dalam Sudarwan dan Suparno [23] ada lima fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasikan dan mengendalikan. Sedangkan Stoner membagi fungsi manajemen menjadi empat, yaitu : merencanakan (Planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leadership), dan mengendalikan (controlling). Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan oleh Engkoswara [24] yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
a.       Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu perencanaan akan menentukan perbedaan kinerja suatu organisasi lainnya dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Nanang Fattah [25] mengartikan perencanaan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya.
Perencanaan sering juga disebut jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara masa kini dan keadaan yang diharapkan. Artinya perencanaan merupakan usaha kongkrit langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi. Karena itu defenisi yang paling umum tentang perencanaan adalah merupakan usaha sadar dalam pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Perencanaan berarti penggambaran dimuka tentang hal-hal yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan agar tujuan tersebut tercapai. Perencanaan memiliki bentuk-bentuk :
1.    Tujuan (objektif) merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan untuk sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2.    Kebijakan (policy) adalah suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
3.    Prosedur merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu mendatang. Prosedur lebih menitik beratkan pada suatu tindakan.
4.    Strategi merupakan rangkaian tindakan penyesuaian diri dari rencana yang telah dibuat.
5.    Aturan (rule) adalah suatu tindakan yang sfesifik dan merupakan bagian dari prosedur. Aturan-aturan yang saling berkaitan dapat dikelompokkan menjadi suatu golongan disebut prosedur.
6.    Program merupakan campuran antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas yang disertai suatu anggaran (budget) semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan.[26]
Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan diartikan sebagai usaha sadar berupa proses yang sistematis dalam membuat keputusan tentang aktifitas-aktifitas dan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh individu, kelompok, unit kerja, atau organisasi pada masa yang akan datang. Karena perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan, maka perencanaan harus dilakukan melalui proses tertentu.
Proses perencanaan bagi seorang kepala sekolah dibagi menjadi enam tahapan :
1.      Langkah pertama adalah analisis keadaan (situational analysis). Pada tahap ini, seorang kepala sekolah mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menyimpulkan semua informasi yang relevan dengan isu-isu perencanaan.
2.      Langkah kedua adalah menetapkan alternatif tujuan dan rencana (alternative goals and plans). Pada langkah ini, berdasarkan analisis keadaan yang telah dirumuskan, proses perencanaan harus membuat alternatif-alternatif umum dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan rencana-rencana kerja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
3.      Langkah ketiga adalah mengevaluasi tujuan dan rencana (goal and plan evaluation). Pada langkah ini , pengambilan keputusan harus memperhatikan atau mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan dampak-dampak yang mungkin timbul dari setiap alternatif tujuan dan rencana yang ada.
4.      Langkah keempat adalah memilih tujuan dan rencana (goal and plan selection). Pada langkah ini, seorang kepala sekolah sebagai perencana berada pada posisi untuk memilih alternatif tujuan dan rencana yang paling memungkinkan untuk bisa mencapapai harapan yang diinginkan.
5.      Langkah kelima adalah mengimplementasikannya (implementation). Pada langkah ini, rencana-rencana kerja dengan tujuan-tujuan yang telah dipilih harus dilaksanakan.
6.      Langkah keenam adalah memonitor dan mengontrol pelaksanaan (monitor and control). Sebagai langkah terakhir, semua aktifitas implementasi dari rencana dan tujuan yang telah ditetapkan harus dimonitor dan dikontrol secara ketat supaya tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang bisa berakibat tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai. [27]
Dapat disimpulkan bahawa perencanaan merupakan langkah awal bagi kepala sekolah untuk melakukan program kerja disekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor harus menetapkan perencanaan yang sistematis strategis, seperti perencanaan pertumbuhan sekolah, rencana kegiatan sekolah, dan rencana pengembangan sekolah yang kesemuanya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan.
Rencana yang sistematis bagi seorang kepala sekolah bukanlah suatu proses yang statis, melainkan bersifat dinamis dan fleksibel, karena ketika perencanaan telah menjadi suatu ide yang sulit untuk ditangkap, maka rencana tersebut akan menjadi tidak tepat lagi, oleh karena itu perencanaan tersebut harus diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan.
b.      Pengorganisasian (Organizing)
Pelaksanaan terdiri atas pendelegasian tugas dan penggerakkan dalam organisasi. Organisasi adalah aktivitas-aktivitas penyusunan dan membentuk hubungan-hubungan sehingga terwujud kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan[28]. Tahap-tahap/langkah-langkah manajemen dalam membentuk kegiatan pada proses pengorganisasian meliputi :
a.    Sasaran,  manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai,
b.    Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan mensfesifikasikan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi dan penyusunan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan,
c.    Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam beberapa kelompok atas dasar dan tujuan yang sama, kegiatan-kegiatan yang bersamaan serta berkaitan yang terdapat dalam satu unit kerja/departemen,
d.   Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap personil,
e.    Perincian peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan tugas-tugas perorangan.[29]
Proses pendidikan dan pengajaran di sekolah menunjukkan kepada cara input pendidikan diubah menjadi output dan outcome pendidikan. Dalam pendidikan yang berskala mikro, yaitu sekolah, proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan pendidikan, pengeolaan kelembagaan sekolah, pengelolaan program pendidikan, pemotivasiaan staf ( guru dan tenaga pendidik lainnya ). Pengorganisasian tugas-tugas melaui team work, pembelajaran, serta monitoring dan evaluasi pendidikan dan pengajaran.[30]
Manajemen sekolah berfungsi mengsingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi ( proses ) belajar baik antar guru, siswa dan sarana pendukung dikelas maupun diluar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
c.       Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating  justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R.  Terry [31] mengemukakan bahwa actuating  merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan berusaha dan berbuat untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks organisasi sekolah, actuating berarti kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personel sekolah tentang bagaimana cara melaksanakan tugas-tugas dan bagaimana proses pelaporannya, memberikan bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan cara-cara kerja, mengadakan pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan instruksi-instruksi. Misalnya, guru dan seluruh personel sekolah akan dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar mutu kerja yang dipersyaratkan, jika kepala sekolah sebagai pimpinan memberikan arahan yang jelas. Kepala sekolah perlu melakukan actuating dengan cara memberi semangat dan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan jujur, agar tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan.
Actuating ini menggambarkan bahwa pimpinan memberikan arah yang jelas dalam pelaksanaan usaha penyelenggaraan pendidikan disekolah menurut pola dan rencana yang telah disusun bersama. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari para guru dan personel lainnya disekolah, memberi penghargaan, memimpin, memberi kompensasi, memberikan dukungan yang kuat agar guru dan personel lainnya melaksanakan tugas dalam memberikan layanan belajar kepada peserta didiknya dengan penuh antusias.
Kesimpulan, pelaksanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat secara detail. Pelaksanaan tidak dapat dilakukan diluar dari perencanaan tersebut, bila dilakukan dapat menimbulkan program kerja yang tidak dapat berjalan optimal. Pelaksanaan bisa berjalan apabila mengikuti perencanaan yang sudah direncanakan secara spesifik, namun dalam kenyataan banyak program tidak mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan.
d.      Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif apabila tanpa disertai fungsi pengawasan. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi manajemen, pengawasan merupakan salah satu tugas dari manajer yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan.
Sebagai salah satu fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan dapat tercapai dan berjalan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber daya material yang akan mendukung terwujudnya organisasi.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengawasan menurut Massies dalam Syaiful Sagala [32] ialah :
a.       Tertuju pada strategi sebagai kunci sasaran yang menetukan keberhasilan
b.      Pengawasan menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan
c.       Fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi dan lingkungan
d.      Cocok dengan organisasi pendidikan
e.       Merupakan kontrol diri sendiri
f.       Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat kerja
g.      Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personel pendidikan.
Menurut Pidarta dalam Syaiful Sagala [33] pengawasan dalam lembaga pendidikan tidak boleh dilakukan secara eksak, karena model pengawasan eksak menerapkan kontrol mesin kepada manusia, suatu kontrol yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia. Pengawasan yang baik adalah yang dapat memanfaatkan profesi dan karier manusia (personel) secara optimal, yaitu :
a.         Mengikut sertakan mereka dalam menentukan sasaran
b.         Menciptakan iklim yang mendorong pengembangan diri
c.         Membuat mereka responsif dengan semangat yang menantang.
Untuk itu ada suatu sistem penilaian yang sistematis dan tepat yang dapat memberikan  gambaran sebarapa tingkat kualitas yang diperoleh. Penilaian ini merupakan suatu proses membandingkan hasil nyata yang diperoleh dengan hasil yang seharusnya diperoleh. Pengawasan ini sebagai alat memperbaiki kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan. Langkah –langkah perbaikan memerlukan pengaturan yang baik oleh para professional yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut untuk mengeliminasi pemborosan (efisiensi) dan memaksimalkan (keefektifan) potensi sumber daya yang tersedia.
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia disekolah. Kepemimpinan kepala sekolah marupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang laksanakan secara terencana dan bertahap.
Kesimpulan, pengawasan dilakukan secar sistematis yang dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan. Pengawasan ini mencakup apakah suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau belum. Pengawasan disini dimulai dari pekerjaan awal, biaya, ketepatan waktu dengan membandingkan program kerja dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.  Selanjutnya kepala sekolah menentukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua program kerja guru dan personel sekolah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien untuk mencapai program kerja yang telah dibuat.










BAB III
KESIMPULAN

Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti pendidikan sebagai persoalan hidup dan kehidupan maka diskursus seputar pendidikan merupakan salah satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji. Pertama, kebutuhan akan pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan pendidikan berarti berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis bagi upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di masa depan.
Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Bateman & Snell, Management Computing in The New Era, New York: The McGraw-Hill,2002
Burhanuddin, Yusuf, Administrasi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia,1995
Depdikbud, Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Dirjendikdasmen,2000
Danim, Sudarwan, dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala Sekolah, Jakarta :Renika Cipta,2009
David,R. Fred  Konsep Manajemen Strategis, Jakarta: PT Indeks, 2004
E.Mulyasa, Manajemen Kepala Sekolah Professional, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007
Engkoswara,Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,2001
Handoko, Hani, Manajemen II, Yogyakarta: BPFE,1999
Hayaningrat, Soenarno Pengantar Ilmu Administrasi dan Pengelolaan, Jakarta: Inti Daya Press,1980
M.Echols, Jhon, dan Sadily, Hasan, Kamus Inggris Indonesia,Jakarta: Gramedia Pustaka,2007
Mukhtar dan Widodo, Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: CV fifamas, 2003
Mukhtar,  dkk, Sekolah Berprestasi, Jakarta : Nimas Multima, 2001
Murniati, Implementasi Manajemen Stratejik, Bandung;Penerbit Citapustaka Media Perintis, 2009
Marno, Management and Leadership, Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta : Lintas Pustaka,2007
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003
Purwanto, Ngalim, dan Djojopranoto, Sutrdji, Administrasi Pendidikan,  Jakarta : Mutiara, 1983
Rahman, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint, 2006
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta, 2000
-----------------, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan persaingan Mutu. Jakarta:Nimas Multima, 2005
-----------------, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta,2009
Siagian, Sondang P, Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta: Bina Aksara,1989
Suhertian, Piet.A, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta,2000
Terry, George R.  Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa Indonesia Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2000
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Yamin, Martinis, dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas, Jakarta: Gaung Persada, 2009



[1] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2000), hal.10.
[2] Jhon M.Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka,2007),hal.372
[3] Mukhtar dan Suparto Widodo, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: CV fifamas,2003),hal.31
[4] Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas,(Jakarta: Gaung Persada, 2009),hal.1
[5] Sondang P.Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial,(Jakarta: Bina Aksara,1989), hal.8
[6] Hani Handoko, Manajemen II, (Yogyakarta: BPFE,1999),hal.8
[7] Soenarno Hayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan Pengelolaan,(Jakarta: Inti Daya Press,1980),hal. 67
[8] E.Mulyasa, Manajemen Kepala Sekolah Professional,(Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007),hal.15
[9]Depdikbud, Panduan Manajemen Sekolah ( Jakarta : Dirjendikdasmen,2000),hal.2
[10] Mukhtar dan Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[11] Mukhtar dan Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[12] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal.3
[13] Ngalim Purwanto dan Sutrdji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan,  (Jakarta : Mutiara, 1983), hal.14
[14] Yusuf Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia,1995),hal.13
[15] R. Fred David,  Konsep Manajemen Strategis, (Jakarta: PT Indeks, 2004), hal. 54.
[16] Piet.A..Suhertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2000),hal.17
[17] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),hal.83
[18] Rahman, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. (Jatinangor: Alqaprint, 2006),hal.106
[19] Murniati, Implementasi Manajemen Stratejik, (Bandung;Penerbit Citapustaka Media Perintis, 2009),  hal. 54.
[20] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, hal.97
[21] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Hal.90
[22] Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan persaingan Mutu.(Jakarta:Nimas Multima, 2005),hal.224
[23] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala Sekolah, (Jakarta :Renika Cipta,2009), hal.2
[24] Engkoswara, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987), hal.26
[25] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), hal.49
[26] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era,(New York: The McGraw-Hill,2002), hal.112
[27] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era, hal.114-115
[28] Ngalim Purwanto dan Sutrdji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan,hal. 17
[29] Marno, Management and Leadership, Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta : Lintas Pustaka,2007),hal. 30-31
[30] Mukhtar, dkk, Sekolah Berprestasi, (Jakarta : Nimas Multima, 2001), hal.26
[31] George R. Terry, Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2000), hal. 150
[32] Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,2009), hal. 73
[33] Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, hal.80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar