Selasa, 30 September 2014

MANAJEMEN WAKTU



MAKALAH
MANAJEMEN WAKTU
KEPALA SEKOLAH  
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Evaluasi dan Supervisi Pendidikan

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr.H.Mukhtar Latif, M.Pd
Dr. Lukman Hakim, M.Pd.I

Logo-IAIN-Sulthan-Thaha-Saifuddin-Jambi.jpg
Disusun oleh :
MUTTAQIN ROSIDI
 NIM : P.p.212.1.1561

KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PASCA SARJANA IAIN STS JAMBI
TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

    Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas hidayah, berkah, rahmat, dan karunianya akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan, kemudian sholawat teriring salam kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan dalam segala aspek kehidupan manusia sehingga menginspirasi bagi setiap langkah kebenaran ummatnya untuk mendapatkan syafa’atnya di hari akhir kelak.
    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Evaluasi dan Supervisi Pendidikan  yang membahas tentang Manajemen Waktu Pengelolaan Sekolah.  Penyusun sepenuhnya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan, maka dari itu sangat diharapkan kritik dan saran dari teman-teman seperjuangan di Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam terutama dosen pengampu, Bapak Prof.Dr.H.Mukhtar Latif, M.Pd / Dr.Lukman Hakim, M.Pd.I  demi perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik.  Akhirnya kepada Allah SWT kita memohon do’a dan berserah diri atas segala kekurangan, semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
                                                                  
                                                                                               Jambi,    Juli,  2013
                                                                                                Penulis



Muttaqin Rosidi
Nim : P.p.212.1.1561         



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR  ........................................................................................ i    
DAFTAR ISI  ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A.   Latar Belakang ......................................................................................  1
B.   Rumusan Masalah ...............................................................................  3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
A.  Pengertian Manajemen ........................................................................  4
B.  Pengertian Administrasi dan Supervisi Kepala Sekolah ...............  7
1.  Pengertian Administrasi ..................................................................  7
2.  Pengertian Suvervisi .......................................................................  8
3.  Pengertian Kepala Sekolah ........................................................... 10
C. Fungsi Manajemen Kepala Sekolah ................................................. 14
a.    Perencanaan (Planning) ................................................................ 15
b.    Pelaksanaan (Actuating) ................................................................ 20
c.    Pengawasan (Controlling) ............................................................. 22
D. Manajemen Waktu Kepala Sekolah Dalam Mengelola Organisasi Sekolah            25
BAB III KESIMPULAN  ..................................................................................... 37
BAB IV DAFTAR PUSTAKA  .......................................................................... 38

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Manajemen bagian dari kehidupan yang di dalamnya terjalin hubungan antar manusia dengan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Dalam dimensi kehidupan bekerja antar personel manusia yang memiliki keragaman sifat, kultur, pola fikir dan lain-lain, yang berbeda ini sangatlah komplek permaslahan yang dihadapi. Dan mau tidak mau persoalan-persoalan yang dibawa itu akan membawa dampak positif atau negatif pada pencapaian tujuan bersama itu. Maka sangat perlu diperhatikan oleh seorang manajer untuk menjadi wacana pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah manajemennya. Misalnya terkait konflik yang terjadi dalam organisasi, pengelolan perubahan, mengelola jaringan komunikasi dalam organisasi, pengelolaan waktu, pengelolaan budaya, dan lain-lain.
Pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha  mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik struktural normal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem pendidikan nasional.[1]  Sekolah  merupakan lembaga / organisasi yang kompleks dan unik. Kompleks, karena dalam operasionalnya sekolah  dibangun oleh berbagai unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan saling menentukan. Unik, karena sekolah  merupakan organisasi yang khas, menyelenggarakan proses perubahan perilaku dan proses pembudayaan manusia, yang tidak dimiliki oleh lembaga manapun.
Semua itu kalau tidak dikelola secara baik, maka ia akan menjadi penghambat jalannya roda organisasi atau lembaga pendidikan. Tapi

kalau dikelola secara baik, maka akan menjadi pemicu untuk keberhasilan kegiatan manajerial itu. manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah dapat diukur dari mutu pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Dalam konteks pendidikan, mutu mencakup input, proses, dan out put pendidikan.[2] Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya prose. Proses pendidikan merupakan perubahannya, sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable Learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya, efektifitas, produktivitas, efesiensi, inovasi dan moral kerja.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang  pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada dalam sekolah itu sendiri  dan lingkungan sebagai kesatuan sistem, menurut Townsend dan Butterworth dalam bukunya Your Child’s Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yaitu : keefektifan kepemimpinan kepala sekolah;  partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf disekolah;  proses belajar mengajar yang efektif; pengembangan staf yang terprogram; kurikulum yang relefan;  memiliki visi dan misi yang jelas;  iklim sekolah yang kondusif; penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan; komunikasi yang efektif baik internal maupun eksternal; serta keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen kepala sekolah yang baik yang berorientasi kepada waktu dan cara pelaksanaannya?

B. Rumusan Masalah
Agar permasalah yang dibahas dalam makalah ini tidak jauh melebar, maka penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas, yaitu :
a.    Apa yang dimaksud dengan manajemen ?
b.    Apa yang dimaksud dengan manajemen administrasi dan supervisi kepala sekolah ?
c.    Apa saja fungsi dari manajemen kepala sekolah ?
d.    Bagaimana konsep  manajemen waktu yang baik bagi Kepala Sekolah didalam Pengelolaan Organisasi Sekolah ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management yang berarti pengolahan, ketatalaksanaan, kata dasarnya Manage yang mempunyai arti mengola, mengurus dan mengatur.[3] Pengertian Manajemen yang dikutip oleh Mukhtar dan Suparto, manajemen sebagai kegiatan yang mengarah kepada individu atau grup untuk mencapai tujuan organisasi.[4] Definisi ini tidak hanya pada bisnis atau organisasi industri. Manajemen dapat diaplikasikan pada institusi pendidikan, politik, bahkan keluarga.
Kepala sekolah sebagai seorang manajer harus mampu mengelola organisasi sekolah yang dipimpinya dengan baik, apabila seorang kepala sekolah mampu mengelola manajemen sekolah yang dipimpinya maka sekolah tersebut dapat dikatakan baik pula. Dalam proses manajemen sekolah bagi seorang kepala sekolah harus memiliki konsep yang jelas dan teratur serta merumuskan prinsip penilaian dan tujuan dilaksanakannya penilaian.[5]
Menurut Mary Parker Follet dalam Martinis dan Maisah menyatakan bahwa manajemen adalah the art of getting done through people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu yang dilakukan orang lain. Hal ini meminta perhatian pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa melakukan sendiri.[6]
Menurut pendapat Sondang Manajemen adalah seni memperoleh hasil  melalui kegiatan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[7] Manajemen dapat dilihat sebagai kelompok orang yang menduduki berbagai jenjang dan jabatan kepemimpinan. Sebagai kelompok pimpinan tanggung jawab utamanya bukan lagi melaksanakan sendiri sebagai kegiatan operasional, melainkan menyelengarakan berbagai fungsi yang memungkinkan para tenaga pelaksana melaksanakan tugas operasionalnya dengan efesien, efektif, ekonomis, dan produktif. Pernyataan diatas pada hakekatnya berarti bahwa para manajer dalam suatu organisasi lebih dituntut memiliki Human Skills ketimbang teknis.
Hani Handoko [8] mengatakan manajemen sebagai terminologi kata dari bahasa Inggris Management mengandung arti suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Soenarno Hayaningrat [9] mengemukakan batasan manajemen adalah sebagai suatu sistem mengandung arti bahwa manajemen merupakan suatu kerangka kerja yang terdiri dari bermacam-macam komponen yang memiliki keterkaitan utuh antara komponen satu dengan komponen yang lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mulyasa [10] manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan pada usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aktifitas suatu pekerjaan tidak dilaksanakan oleh satu orang, tetapi melibatkan orang lain. Dalam melibatkan orang banyak guna untuk mencapai tujuan seorang pemimpin harus mampu secara professional mengelola organisasi itu sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.  Memanage atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. [11]
Manajemen sekolah adalah upaya mempedulikan untuk mengaplikasikan pada tujuan sekolah atau sasaran sekolah. Manajemen sekolah sebagai kegiatan dengan atau mengarahkan pada individu atau kelompok sekolah untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.[12] Setiap organisasi sekolah memilik aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dalam dunia pendidikan persekolahan, hanya terdapat satu manajemen yang bertigkat yaitu manajemen tinggi sampai dengan manajemen terdepan.
Salah satu penyebab tidak berhasilnya kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah adalah dikarenakan kepala sekolah banyak melakukan hal-hal diluar kepentingan kemajuan sekolah. seorang kepala sekolah dalam mengelola sekolah dituntut bekerja dengan cerdas didalam manajemen sekolah yang dipimpinya, tanpa harus bekerja dengan keras.[13]
manajemen sekolah sebagai tugas adalah melaksanakan fungsi-fungsi sekolah dengan potensi manajemen, dalam hal ini sangat diutamakan peranan eksekutif sekolah, yaitu kepala sekolah.  Terkait dengan hal itu, manajemen adalah juga fungsi-fungsi manajemen berbasis sekolah adalah juga fungsi-fugsi manajemen dalam :
1.    Mengelola orang-orang yang terkait dengan sekolah
2.    Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah
3.    Proses pengorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaiakan tujuan yang sudah ditetapkan sekolah.[14]

B. Pengertian Administrasi dan Supervisi Kepala Sekolah
1.    Pengertian Administrasi
Kata “Administrasi” berasal dari bahasa latin yanag terdiri atas kata “ad” dan “ministrare”, kata “ad” mempunyai arti “to” dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” dan “ministrare” sama sama artinya dengan kata “to serve” yang berarti melayani, membantu, mengatur,memelihara dan mengerjakan.[15] Jadi kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha, untuk,membantu, melayani, mengarahkan,atau mengatur seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan. Administrasi yang dimaksud adalah administrasi pendidikan yaitu suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia , baik personel, material maupun spritual, untuk mencapai tujuan pendidikan yang efekti dan efesien.[16]
Yusuf[17] berpendapat bahwa administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan pelaku manusia dalam pendidikan, agar semua agara semua daya yang ada dapat ditata sebaik mungkin, suhingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara produktif.
Menurut Stephen Covey dalam Kim Marshal [18] Kunci untuk keberhasilan dalam manajemen sekolah yang baik adalah seorang kepala sekolah harus membuat atau merencankan suatu kegiatan atau membuat jadwal kerja yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan, tidak bekerja terlebih dahulu setelah itu baru kepala sekolah membuat rencana kerja.
Dari pengertian diatas penulis ingin membatasi pengertian administrasi pendidikan yaitu suatu usaha untuk membantu, melayani, mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Sebagai administrator kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membantu, melayani, serta mengatur para stafnya dalam melaksanakan pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.    Pengertian Supervisi
Dalam hal ini supervisi yang dimaksud adalah supervisi pendidikan. Kata supervisi pendidikan diadopsi dari bahasa inggris yaitu “Supervision” yang berarti pengawas, kepengawasan. Sedangkan orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Supervisi merupakan kegiatan membina dan melayani agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya. Supervisi adalah segenap usaha untuk menstimiulasi, mengkoordinasi membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individual, maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebik efektifdalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.[19]
Dalam konteks pendidikan supervisi adalah usaha memberi layana kepada guru-guru baik secara individual maupun kelompok dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran dengan tujuan memberikan layanan atau bantuan untuk mengembangkan situasi pembelaran yang dilakukan guru dikelas dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dikelas maupun sekolah. Oleh karena itu supervisi dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan individu dan hubungan tekhnis.  Supervisor dalam menjalankan tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti dan diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai.
Sementara itu beberapa ahli seperti yang dikutip Ary H. Gunawan [20]  memberikan rumusan yang berbeda antara lain  : Kimbal Willes merumuskan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Haold.P Adams dan Frank G. Dikcey  merumuskan supervisi sebagai layanan khusus di bidang pengajaran dan perbaikannya mengenai proses pembelajaran termasuk semua faktor dalam situasi itu. Thomas dan Josep Justman merumuskan supervisi sebagai usaha yang sistematis yang terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan guru yang berkembang secara lebih efektif dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan dengan peserta didik dibawah tanggung jawabnya.
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat diambil pengertian supervisi pendidikan adalah pembinaan yang direncanakan dan dilakukan untuk memperbaiki situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya serta meningkatkan mutu pembelajaran pada khususnya. Baik berupa layanan, bantuan, dorongan,dan tutunan agar guru beserta personal staf lainnya selalu meningkatkan meningkatkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
 Agar tidak terjadi perselisihan  antara defenisi yang satu dengan defenisi yang lain  penulis memberikan batasan istilah tentang pengertian supervisi, yaitu usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara indifidual kelompok agar terwujud seluruh fungsi pengajaran, yaitu bagaimana kepala sekolah sebagai supervisor mampu memberikan layanan kepada guru-guru agar tercapai tujuan pengajaran yang lebih baik.

3.    Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo [21] mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman [22]  mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.
Kepala sekolah adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan besar dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah [23].
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo [24] adalah:
1.  Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.
2.  Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan.
3.  Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.
4.  Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible.
5.  Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
6.  Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila:
a.       Dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing,
b.      Terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya;
c.       Terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
7.  Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang  di pimpinnya.
8.  Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem.
Menurut Kim Marshall [25] terdapat tiga cara bagi kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik tanpa harus membuang-buang waktu dalam pelaksanaannya, yaitu :
1.      Kepala sekolah bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin
2.      Bekerja dengan cerdas dengan cara mengoptimalkan waktu secara efektif dan efesien
3.      Manganalisa (memahami) permasalahan yang ada di sekolah sebagai acuan untuk membuat program sekolah.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo [26] adalah:
(a) Peranan hubungan antar perseorangan;
(b) Peranan informasional;
(c) Sebagai pengambil keputusan.



C. Fungsi Manajemen Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha untuk meningkatkan kompetensi dasar guru di sekolah. Meskipun seorang kepala sekolah selalu dihadapi banyak masalah untuk meningkatkan kemampuan guru. Dalam hal ini perlu ditegakkan asumsi in service education yaitu dengan cara :
1.    Semua personel sekolah memerlukan in service education sepanjang kariernya
2.    Perkembangan praktek lapangan pendidikan meminta pertimbangan waktu dan hasil sistematis memerlukan pengembangan staf
3.    In-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas program sekolah dan professionalisme personil
4.    Perlunya motivasi belajar dimana mereka percaya ada kontrol  dalam belajarnya
5.    Lembaga sekolah sebagai unit belajar bertanggung jawab dalam menyediakan sumber dan kebutuhan latihan stafnya.[27]
Hal lain yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan agar tetap bekerja dengan baik, membangkitkan guru agar kreatif, pencapaian manajemen guru dilakukan dengan cara memotivasi guru menjadi teladan bagi guru-guru dalam membina diri, menegakkan disiplin kerja guru-guru dan menghimbau agar guru-guru mau berusaha meningkatkan kompetensinya. [28]
Menurut Fayol dalam Sudarwan dan Suparno [29] ada lima fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasikan dan mengendalikan. Sedangkan Stoner membagi fungsi manajemen menjadi empat, yaitu : merencanakan (Planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leadership), dan mengendalikan (controlling). Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan oleh Engkoswara [30] yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
a.    Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu perencanaan akan menentukan perbedaan kinerja suatu organisasi lainnya dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Nanang Fattah [31] mengartikan perencanaan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya.
Perencanaan sering juga disebut jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Menurut Kim Marshall [32] proses perencanaan yang baik bagi kepala sekolah dapat dilakukan dengan cara :
1.  Mengenali data prestasi siswa dan karakter siswa
2.  Kenali lingkungan sekolah secara umum
3.  Program kerja prioritas dan target yang akan dicapai
4.  Mengembangkan rencana prioritas yang berorientasi terhadap waktu pelaksanaannya.

Salah satu alasan utama menempatkan perencanaan sebagai fungsi manajemen yang pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah kongkret yang pertama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam proses manajemen perencanaan bagi seorang kepala sekolah adalah seorang kepala sekolah harus memiliki konsep yang jelas dan teratur serta merumuskan prinsip penilaian dan tujuan penilaian. [33]
Perencanaan merupakan upaya untuk mengatasi permasalahan yang akan terjadi dalam organisasi sehingga dapat diambil kebijakan bagi seorang pemimpin organisasi dalam menempatkan seseorang yang sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga proses pelaksanaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. [34]
Artinya perencanaan merupakan usaha kongkrit langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi. Karena itu defenisi yang paling umum tentang perencanaan adalah merupakan usaha sadar dalam pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Perencanaan berarti penggambaran dimuka tentang hal-hal yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan agar tujuan tersebut tercapai. Perencanaan memiliki bentuk-bentuk :
1.  Tujuan (objektif) merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan untuk sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2.  Kebijakan (policy) adalah suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
3.  Prosedur merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu mendatang. Prosedur lebih menitik beratkan pada suatu tindakan.
4.  Strategi merupakan rangkaian tindakan penyesuaian diri dari rencana yang telah dibuat.
5.  Aturan (rule) adalah suatu tindakan yang sfesifik dan merupakan bagian dari prosedur. Aturan-aturan yang saling berkaitan dapat dikelompokkan menjadi suatu golongan disebut prosedur.
6.  Program merupakan campuran antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas yang disertai suatu anggaran (budget) semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan.[35]
Berkaitan dengan pengertian perencanaan, Bateman dan Snell mendefinisikan perencanaan sebagai berikut : “Planning is the conscious, sistematic process of making decisions about goals and activities that an individual, group, work unit, or organization will pursue in the future.[36]
Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan diartikan sebagai usaha sadar berupa proses yang sistematis dalam membuat keputusan tentang aktifitas-aktifitas dan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh individu, kelompok, unit kerja, atau organisasi pada masa yang akan datang. Karena perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan, maka perencanaan harus dilakukan melalui proses tertentu.
Perencanaan yang baik bagi seorang kepala sekolah dalam proses evaluasi dan supervisi dalam upaya mencapai tujuan sekolah  dapat dilaksanakan dengan cara :
1.      Pastikan guru-guru yang akan dievaluasi mengetahui kapan kegiatan evaluasi dilaksanakan dan tujuan yang ingin dicapai dari proses evaluasi tersebut.
2.      Evaluasi sebagai acuan untuk penetapan metode dalam mencapai tujuan.
3.      Evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk merumuskan permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.
4.      Tanpa adanya tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, maka guru mengajar hanya akan menghabiskan waktu dengan percuma.[37]
Menurut Bateman [38] proses perencanaan bagi seorang kepala sekolah dibagi menjadi enam tahapan :
1.    Langkah pertama adalah analisis keadaan (situational analysis). Pada tahap ini, seorang kepala sekolah mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menyimpulkan semua informasi yang relevan dengan isu-isu perencanaan.
2.    Langkah kedua adalah menetapkan alternatif tujuan dan rencana (alternative goals and plans). Pada langkah ini, berdasarkan analisis keadaan yang telah dirumuskan, proses perencanaan harus membuat alternatif-alternatif umum dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan rencana-rencana kerja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
3.    Langkah ketiga adalah mengevaluasi tujuan dan rencana (goal and plan evaluation). Pada langkah ini , pengambilan keputusan harus memperhatikan atau mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan dampak-dampak yang mungkin timbul dari setiap alternatif tujuan dan rencana yang ada.
4.    Langkah keempat adalah memilih tujuan dan rencana (goal and plan selection). Pada langkah ini, seorang kepala sekolah sebagai perencana berada pada posisi untuk memilih alternatif tujuan dan rencana yang paling memungkinkan untuk bisa mencapapai harapan yang diinginkan.
5.    Langkah kelima adalah mengimplementasikannya (implementation). Pada langkah ini, rencana-rencana kerja dengan tujuan-tujuan yang telah dipilih harus dilaksanakan.
6.    Langkah keenam adalah memonitor dan mengontrol pelaksanaan (monitor and control). Sebagai langkah terakhir, semua aktifitas implementasi dari rencana dan tujuan yang telah ditetapkan harus dimonitor dan dikontrol secara ketat supaya tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang bisa berakibat tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai. [39]
Dapat disimpulkan bahawa perencanaan merupakan langkah awal bagi kepala sekolah untuk melakukan program kerja disekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor harus menetapkan perencanaan yang sistematis strategis, seperti perencanaan pertumbuhan sekolah, rencana kegiatan sekolah, dan rencana pengembangan sekolah yang kesemuanya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan. [40]
Rencana yang sistematis bagi seorang kepala sekolah bukanlah suatu proses yang statis, melainkan bersifat dinamis dan fleksibel, karena ketika perencanaan telah menjadi suatu ide yang sulit untuk ditangkap, maka rencana tersebut akan menjadi tidak tepat lagi, oleh karena itu perencanaan tersebut harus diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan.[41]

b.    Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating  justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R.  Terry [42] mengemukakan bahwa actuating  merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan berusaha dan berbuat untuk mencapai tujuan organisasi.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1.  Merasa yakin akan mampu mengerjakan.
2.  Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya.
3.  Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak.
4.  Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan.
5.  Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.[43]
Dalam konteks organisasi sekolah, actuating berarti kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personel sekolah tentang bagaimana cara melaksanakan tugas-tugas dan bagaimana proses pelaporannya, memberikan bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan cara-cara kerja, mengadakan pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan instruksi-instruksi. Misalnya, guru dan seluruh personel sekolah akan dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar mutu kerja yang dipersyaratkan, jika kepala sekolah sebagai pimpinan memberikan arahan yang jelas. Kepala sekolah perlu melakukan actuating dengan cara memberi semangat dan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan jujur, agar tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan.
Actuating ini menggambarkan bahwa pimpinan memberikan arah yang jelas dalam pelaksanaan usaha penyelenggaraan pendidikan disekolah menurut pola dan rencana yang telah disusun bersama. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari para guru dan personel lainnya disekolah, memberi penghargaan, memimpin, memberi kompensasi, memberikan dukungan yang kuat agar guru dan personel lainnya melaksanakan tugas dalam memberikan layanan belajar kepada peserta didiknya dengan penuh antusias.
Kesimpulan, pelaksanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat secara detail. Pelaksanaan tidak dapat dilakukan diluar dari perencanaan tersebut, bila dilakukan dapat menimbulkan program kerja yang tidak dapat berjalan optimal. Pelaksanaan bisa berjalan apabila mengikuti perencanaan yang sudah direncanakan secara spesifik, namun dalam kenyataan banyak program tidak mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan.

c.    Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif apabila tanpa disertai fungsi pengawasan. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi manajemen, pengawasan merupakan salah satu tugas dari manajer yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan.
Sebagai salah satu fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan dapat tercapai dan berjalan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber daya material yang akan mendukung terwujudnya organisasi.
T.Hani Handoko [44] mengungkapkan bahwa proses pengawasan memiliki 5 (lima) tahapan, yaitu :
1.  Penetapan standar pelaksanaan.
2.  Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
3.  Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
4.  Pembanding pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan dan
5.  Pengambilan tindakan koreksi bila diperluka.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengawasan menurut Massies dalam Syaiful Sagala [45] ialah :
a.    Tertuju pada strategi sebagai kunci sasaran yang menetukan keberhasilan
b.    Pengawasan menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan
c.    Fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi dan lingkungan
d.    Cocok dengan organisasi pendidikan, misalnya organisasi sistem terbuka
e.    Merupakan kontrol diri sendiri
f.     Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat kerja
g.    Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personel pendidikan.
Menurut Pidarta dalam Syaiful Sagala [46] pengawasan dalam lembaga pendidikan tidak boleh dilakukan secara eksak, karena model pengawasan eksak menerapkan kontrol mesin kepada manusia, suatu kontrol yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia. Pengawasan yang baik adalah yang dapat memanfaatkan profesi dan karier manusia (personel) secara optimal, yaitu :
a.      Mengikut sertakan mereka dalam menentukan sasaran
b.      Menciptakan iklim yang mendorong pengembangan diri
c.      Membuat mereka responsif dengan semangat yang menantang.
Untuk itu ada suatu sistem penilaian yang sistematis dan tepat yang dapat memberikan  gambaran sebarapa tingkat kualitas yang diperoleh. Penilaian ini merupakan suatu proses membandingkan hasil nyata yang diperoleh dengan hasil yang seharusnya diperoleh. Pengawasan ini sebagai alat memperbaiki kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan. Langkah –langkah perbaikan memerlukan pengaturan yang baik oleh para professional yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut untuk mengeliminasi pemborosan (efisiensi) dan memaksimalkan (keefektifan) potensi sumber daya yang tersedia.
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia disekolah. Kepemimpinan kepala sekolah marupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang laksanakan secara terencana dan bertahap.
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga denga demikian kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusaha agar pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan dan pengembangan pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Diantara penyelenggaraaan pendidikan yang harus selalu dibina secara terus menerus oleh kepala sekolah adalah program pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya yang bersifat fisik, dan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat. [47]
Kesimpulan, pengawasan dilakukan secar sistematis yang dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan. Pengawasan ini mencakup apakah suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau belum. Pengawasan disini dimulai dari pekerjaan awal, biaya, ketepatan waktu dengan membandingkan program kerja dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.  Selanjutnya kepala sekolah menentukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua program kerja guru dan personel sekolah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien untuk mencapai program kerja yang telah dibuat.

D. Manajemen Waktu Kepala Sekolah dalam Mengelola Organisasi Sekolah
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada.
Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input. Tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu dengan mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu. Merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak dikerjakan dan rumusan tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas hubungan antar aktifitas yang akan dikerjakan sendiri serta yang didelegasikan. Jebakan yang sering muncul disini adalah rasa percaya diri dapat cepat bila dikerjakan sendiri dimana hal itu perasaan yang kurang tepat. Setelah pengorganisasian terjadi maka penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan sendiri dan pemberian motivasi kepada pemegang delegasi.
Menurut Sudarwan Danim dan Suparno [48] bahwa salah satu kelemahan sebagian besar kepala sekolah –dan juga tenaga kependidikanlainnya serta tenaga administrasi- adalah kurang disiplinnya dalam memanfaatkan waktu yang sudah disusun oleh mereka sendiri, karena mungkin terlalu padat atau juga terlalu longgar Telah diketahui bahwa dalam manajemen setidaknya ada empat kegiatan utama yang mendasari berjalannya sebuah pengelolaan, yaitu: planning, organizing, actuating, dan controlling. Berikut akan kita coba membahasnya dalam kerangkan manajemen waktu sebagai sebuah strategi yang diterapkan agar tujuan sekolah khususnya dapat tercapai dengan maksimal.
Kim Marshall [49] berpendapat Mengelola waktu (managing the time) dapat dilaksanakan jika seorang bersikaf konsekuen dengan rencana-rencana yang telah dibuatnya sendiri, dan karena setiap kegiatan sudah direncakan dengan batas waktunya sendiri, maka ia harus mengerjakan sesuai dengan waktunya agar tidak terjadi tumpang tindih (over lapping) dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Tahap dalam manajemen waktu  adalah tahap pelaksanaan,  karena suatu kegiatan telah direncanakan dan kapan dilaksanakan serta telah diorganisasikan agar tidak terjadi tumpang tindih kegaitan dan “tabrakan” waktu, maka dalam pelaksanaanya tidak akan terjadi kendala yang berarti, hanya saja kemungkinan ada sedikit atau sebagian kecil insiden yang mengganggu jadwal yang telah direncanakan, namun hal itu tidak terlalu mengacaukan semua jadwal, karena telah terorganisirnya jadwal dengan baik.
Manajemen waktu yang baik bagi kepala sekolah menurut Kim Marshall [50] adalah mampu mengatur dan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan waktu yang sudah disepakati bersama. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila :
1.    Kepala sekolah memiliki prioritas kerja
2.    Kepala sekolah peka terhadap informasi-informasi yang diberikan oleh guru dan masyarakat
3.    Kepala sekolah memahami sistem informasi manajemen dalam hal pengambilan keputusan
4.    Hasil kebijakan dan keputusan dapat dilaksanakan oleh semua pihak sekolah
5.    Dapat dilaksanakan oleh staf dan karyawan
6.    Pengawasan yang dilaksanakan secara berkelanjutan
7.    Kegiatan yang berorientasi terhadap program kerja
8.    Menuliskan hasil supervisi yang dilaksanakan terhadap guru guna sebagai upaya perbaikan
9.    Mendahulukan informasi atau masukan yang berkaitan dengan kemajuan sekolah tanpa mengesampingkan informasi yang lain
10. Kepala sekolah dan guru melakukan observasi bersama terhadap sekolah secara keseluruhan sebagai pedoman dalam menentukan keputusan kebijakan sekolah.
11. Adanya keputusan yang diambil untuk dilaksanakan secara bersama
12. Menuliskan artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan sekolah atau kegiatan guru-guru dalam surat kabar sekolah.
Kepemimpinan pendidikan ini berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam hal ini, perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku instrumental kepala sekolah merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong, mengarahkan dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama daam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dam efisien, produktif dan akuntabel. Oleh karena itu, kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan kebutuhan zaman; khususnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni. Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah ini perlu lebih ditekankan lagi, terutama dalam kaitanya dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Dalam desentralisasi pendidikan yang menekankan pada manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan dan mengembangkan sekolahnya.
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan sekolah yang efektif dan pembelajaran yang berkualitas. Kepemimpina kepala sekolah yang efektif antara lain dapat dianalisis berdasarkan kriteria berikut ini :
1.  Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh warga sekolah lainnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas, lancar dan produktif.
2.  Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
3.  Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah serta tujuan pendidikan.
4.  Mampu menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan pendidik dan tenaga kependidikan lain di sekolah.
5.  Dapat bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen sekolah.
6.  Dapat mewujudkan tujuan sekolah secara efektif, efisien, produktif, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.[51]
Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila seorang kepala sekolah selaku pimpinan sekolah mampu mendelegasikan tugas kepada personel sekolah. Pendelegasian tugas yang efektif menurut Kim Marshall [52] yaitu :
1.  Menempatkan orang-orang yang kompeten dalam peran kunci dan mendelegasikan tanggung jawab yang maksimal kepada mereka
2.  Sebagai upaya dan usaha perbaikan pendidikan, yang tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaiakan mutu pengetahuan serta cara kerja pelaksanaannya
3.  Kebijakan yang diambil oleh seorang kepala sekolah sedikit banyaknya harus melibatkan peran serta guru dan personel sekolah .
Adapun hal-hal yang perlu melibatkan peran serta guru dan personel sekolah menurut Kim Marshall [53] yaitu :
1.    Menyusun tata tertib sekolah
2.    Perencanaan buku-buku pelajaran
3.    Kerja sama antar guru dengan siswa
4.    Merencanakan dan merumuskan visi dan misi sekolah.
Manajemen waktu kepala sekolah yang efektif adalah mengambil inisiatif dan tindakan yang tepat untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada. Ada beberapa faktor yang dianjurkan dalam pengelolaan sekolah, antara lain :
1.      Fokus pada kelompok.
Kepemimpinan kepala lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, tidak memfokus kepada individu. Hal ini akan berakibat tumbuh berkembangnya kerja sama dalam kelompok. Motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam kelompok, jadi kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap anggota dalam kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu. Maka setiap kelompok akan berusaha memacu kerja sama yang sebaik-baiknya, kalau perlu dengan menarik teman sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.
2.      Melimpahkan wewenang
Seorang kepala sekolah tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam ha-hal yang akan lebih baik kalau dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada kelompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya
3.      Merangsang kreativitas
Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja, apakah itu dalam menghasilkan barang atau menghasilkan jasa, pada dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan cara kerja. Jadi, kalau diinginkan adanya mutu yang lebih baik jangan takut menghadapi perubahan, sebab tanpa perubahan tidak akan terjadi peningkatan mutu kinerja.
4.      Memberi semangat dan motivasi
Seorang pemimpin pendidikan harus selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, dia harus selalu mendorong semua orang dalam lembaganya untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan.
5.      Memikirkan program penyertaan bersama.
Seorang kepala sekolah harus selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok, atau unit-unit organisasi. Program-program mulai dari tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya dilaksanakan malalui kerjasama, dan bukan program sendiri-sendiri yang bersifat individual.

6.      Kreatif dan proaktif.
Seorang kepala sekolah harus selalu bertindak kreatif dan proaktif yang bersifat preventif dan antisipatif. Kepala sekolah tidak hanya bertindak reaktif yang mulai mengambil tindakan bila sudah terjadi masalah. Kepala sekolah yang kreatif dan proaktif selalu bertindak untuk mencegah munculnya masalah dan kesulitan di masa yang akan datang. Setiap rencana tindakan sudah dipikirkan akibat dan konsekuensi yang bakal muncul, dan kemudian dipikirkan cara mengeliminasi hal-hal yang bersifat negatif atau berusaha meminimalkannya.
7.      Memperhatikan sumber daya manusia.
Orang sumber daya yang paling utama dan paling berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu, SDM harus selalu mendapat perhatian yang besar dari pimpinan pendidikan dalam arti selalu diupayakan untuk lebih diberdayakan agar kemampuan-kemampuannya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kemampuan yang meningkat itulah, SDM dapat diharapkan untuk meningkatkan mutu kinerjanya.
8.      Membicarakan persaingan.
Jika membicarakan mutu, maka aka terlintas adanya mutu yang tinggi dan rendah. Bila dikatakan bahwa kinerja suatu organisasi itu tinggi karena dibandingkan dengan mutu organisasi lain yang kenyataannya lebih rendah. Artinya, mutu tentang segala sesuatu itu sifatnya relatif, bukan absolut. Kepala sekolah dianjurkan melakukan pembandingan dengan sekolah lain, membandingkan mutu sekolahnya dengan sekolah lain yang sejenis. Kegiata ini disebut benchmarking. Kepala sekolah harus selalu berusaha menyamai mutu sekolah lain, bahkan harus senantiasa berusaha melampui mutu sekolah lain. Bila kepala sekolah membicarakan mutu sekolah lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi mutunya, berarti dia sedang membicarakan persaingan.
9.      Membangun karakter, budaya dan iklim organisasi.
Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap dan perilaku orang-orangnya. Sikap dan perilaku organisasi yang cenderung menimbulkan rasa senang dan puas pada pihak pelanggan-pelanggannya perlu dibina oleh pimpinan. Denikian pula budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi itu juga perlu dibina. Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya organisasi itu harus menjadi pedoman dalam bersikap dan berperilku dalam organisasi. Meskipun demikian, karakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan berkembang bila iklim organisasi itu menunjang. Oleh karena itu, pimpinan juga harus selalu membina iklim organisasinya agar kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya karakter dan budaya organisasi tersebut.
10.   Kepemimpinan yang tersebar.
Pimpinan kependidikan jangan berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi harus meyebarkan kepemimpinannya pada orang-orang lain, dan hanya menyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap di tangan pimpinan atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebrkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya.
11.   Bekerja sama dengan masyarakat.
Dalam era desentralisasi pendidikan sekarang ini kerja sama dengan masyarakat sudah menjadi bagian penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan. Stein dan Kanter melembagakan satu set respons eksternal dan internal, struktur partisipasi dan pemecahan masalah, di samping tugas-tugas rutin dalam lembaga pendidikan. Kegiatan internal dan eksternal, serta kegiatan rutin dan non-rutin berjalan bersama-sama. Masalah-masalah yang muncul dicari kaitannya baik di dalam lembaga itu sendiri maupun di masyarakat, supaya dapat diselesaikan secara lebih mudah dan lebih tuntas.
Pengawasan sebagai bagian penting dalam kegiatan sebuah manajemen memerlukan kemampuan untuk bertindak objektif, efektif dan efisien. Objektif berarti bahwa seorang manajer mampu melihat jalannya sebuah lembaga/sekolah dengan profesional dan proporsional, dia harus mampu mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan untuk melihat pada kepentingan pencapaian tujuan lembaga yang sudah terjadwal. Hal tersebut dapat berjalan apabila :
1.    Melaksanakan Supervisi secara berkelanjutan
2.    Melakukan upaya pencegahan konflik
3.    Melakukan aktivitas yang berharga
4.    Melakukan upaya peningkatan
5.    Mengambil kebijakan. [54]
Melaksanakan supervisi yang berkelanjutan dilakukan oleh seorang kepala sekolah dengan cara :
1.     Melaksanakan kunjungan kelas dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
2.     Mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung
3.     Merencanakan waktu, sasaran dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas
4.     Bersama guru membicarakan hasil supervisi
5.     Memperoleh data yang jelas sehingga menghasilkan upaya perbaikan. [55]
Upayan pencagahan konflik dilaksanakan agar proses pembelajaran tidak terganggu sehingga waktu dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara :
1.    Tidak memberikan hukuman yang bersifat fisik kepada siswa
2.    Kerjasama yang baik dengan orang tuan siswa
3.    Penanganan yang cepat terhadap siswa yang bermasalah [56]
Melakukan aktivitas yang berharga dilakukan oleh kepala sekolah dengan cara :
1.    Untuk mendapatkan kehidupan yang berharga dilakukan dengan cara menjaga kesehatan diri, keluarga, berolah raga secara teratur, tidur dan berlibur
2.    Harus mempunyai kemampuan dan strategi dari seorang pemimpin
3.    Manajemen waktu yang baik adalah mengetahui keterbatasan, merencanakan, dan menemukan cara untuk mengelola diri sendiri.
Melakukan upaya peningkatan personil sekolah yang dilakukan kepala sekolah dengan cara :
1.    Secara teratur melaksanakan evaluasi proses secara terus menerus, upaya untuk melakukan perbaikan
2.    Ada beberapa cara untuk memantau kemajuan atau perkembangan tentang apa yang dikerjakan diantaranya :
a.    Menuliskan catatan evaluasi setiap akhir pekan
b.    Kunjungan kelas secara rutin
c.    Dari pelaksanaan tersebut dapat diambil kebijakan tentang kemajuan sekolah dan guru
d.    Pengambilan kebijakan dilaksanakan pada kegiatan yang penting dengan melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar, dan berpokus kepada waktu pelaksanaannya. [57]


















BAB III
KESIMPULAN
Hal yang harus dilakukan dalam pengawasan manajemen waktu adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan yang dilakukan, apakah sesuai dengan perencanaan waktu yang telah disusun, apakah kegiatan berjalan dengan baik, apakah target yang diharapkan terpenuhi, serta yang terpenting adalah apakah waktu yang tersedia sudah optimal digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat, kegiatan yang berhubungan langsung dengan pencapaian tujuan pendidikan. Dapat dimaknai bahwa permasalahan mendasar dalam manajemen waktu kepala sekolah adalah ketidakmampuan kepala sekolah dalam menentukan prioritas dari segenap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah seringkali menunda pekerjaan yang diangap sulit dan membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, apalagi pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang diminati.
Masalah yang muncul dalam manajemen waktu juga disebabkan karena tidak dapat membedakan antara pekerjaan penting dan medesak. Kepala sekolah biasanya akan mendahulukan pekerjaan yang mendesak atau dalam artian mendahulukan pekerjaan yang dibutuhkan segera dibandingkan pekerjaan yang penting, mungkin karena pekerjaan yang penting tersebut durasi waktunya masih lama.
Untuk mempermudah seorang kepala sekolah dalam memanajemen waktu dalam pengelolaan sekolah adalah :
1.    Membuat program kerja yang menjadi skala prioritas
2.    Perencanaan yang sistematis
3.    Kerja sama yang baik antar orang tua dan sekolah
4.    Sistem informasi yang terbuka
5.     Delegasi tugas yang efektif
6.    Pengawasan yang berkelanjutan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Depdikbud, Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Dirjendikdasmen,2000
-------------------. Depdiknas, Panduan Kepala Sekolah. Jakarta, 2001
Sagala,Syaiful. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan persaingan Mutu. Jakarta:Nimas Multima, 2005
-------------------. Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta,2009
-------------------. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV. Alfabeta, 2000
Echols, Jhon M. dan Sadily, Hasan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta :  Gramedia Pustaka,2007
Mukhtar dan Widodo, Suparto. Manajemen Berbasis Sekolah.  Jakarta: CV fifamas,2003
Kim Marshall. Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close The Achievement GAP. US:2009
Yamin,Martinis. dan Maisah. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada, 2009
Siagian,Sondang P. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bina Aksara,1989
Handoko,Hani.  Manajemen II. Yogyakarta: BPFE,1999
Hayaningrat, Soenarno. Pengantar Ilmu Administrasi dan Pengelolaan.  Jakarta: Inti Daya Press,1980
Mulyasa,E. Manajemen Kepala Sekolah Professional. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007
-------------------.Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.  Jakarta:Penerbit Bumi Aksara, 2011
Purwanto,Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003

Purwanto,Ngalim. dan Djojopranoto,Sutrdji. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Mutiara, 1983
Burhanuddin,Yusuf. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia,1995
Suhertian,Piet.A. Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta,2000
Gunawan,Ary H. Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidika Mikro.Jakarta : Renika Cipta,1996
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Rahman. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint, 2006
Murniati. Implementasi Manajemen Stratejik, Bandung;Penerbit Citapustaka Media Perintis, 2009
Danim,Sudarwan dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009
------------------, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala Sekolah. Jakarta :Renika Cipta,2009
Engkoswara. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987
Fattah,Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,2001
Bateman & Snell. Management Computing in The New Era. New York: The McGraw-Hill,2002
Terry, George R. Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2000





[1] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2000), hal.10.

[2] Depdiknas, Panduan Kepala Sekolah,(Jakarta, 2001),hal.5
[3] Jhon M.Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka,2007),hal.372
[4] Mukhtar dan Suparto Widodo, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: CV fifamas,2003),hal.31
[5] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close The Achievement GAP (US:2009), kesimpulan yang diambil dari cerita hal.181
[6] Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas,(Jakarta: Gaung Persada, 2009),hal.1
[7] Sondang P.Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial,(Jakarta: Bina Aksara,1989),hal.8
[8] Hani Handoko, Manajemen II, (Yogyakarta: BPFE,1999),hal.8
[9] Soenarno Hayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan Pengelolaan,(Jakarta: Inti Daya Press,1980),hal. 67
[10] E.Mulyasa, Manajemen Kepala Sekolah Professional,(Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007),hal.15
[11]Depdikbud, Panduan Manajemen Sekolah ( Jakarta : Dirjendikdasmen,2000),hal.2
[12] Mukhtar dan Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[13] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close The Achievement GAP (US:2009),hal.177
[14] Mukhtar dan Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah,hal.17
[15] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal.3
[16] Ngalim Purwanto dan Sutrdji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan,  (Jakarta : Mutiara, 1983), hal.14
[17] Yusuf Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia,1995),hal.13
[18] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation,hal.177
[19] Piet.A..Suhertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2000),hal.17
[20] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidika Mikro, (Jakarta : Renika Cipta,1996),hal.194
[21] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),hal.83
[22] Rahman, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. (Jatinangor: Alqaprint, 2006),hal.106
[23] Murniati, Implementasi Manajemen Stratejik, (Bandung;Penerbit Citapustaka Media Perintis, 2009),  hal. 54.
[24] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, hal.97
[25] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation,hal.177
[26] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Hal.90
[27] Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat : Strategi Memenagkan persaingan Mutu.(Jakarta:Nimas Multima, 2005),hal.224
[28] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation,hal.177
[29] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Transformasional ke Kepala Sekolah, (Jakarta :Renika Cipta,2009), hal.2
[30] Engkoswara,Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud,1987), hal.26
[31] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), hal.49
[32] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, How Work Smart, Build Colaboration An Close The Achievement GAP (US:2009),hal.179
[33] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, (kesimpulan cerita yang  terdapat pada halaman 181)
[34] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.180
[35] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era,(New York: The McGraw-Hill,2002), hal.112
[36] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era, hal.112-113
[37] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.182
[38] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era, hal.112-113

[39] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era, hal.114-115

[40] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.182
[41] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.183
[42] George R. Terry, Dasar-dasar Manajemen Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2000), hal. 150
[43] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.184-185
[44] Hani Handoko, Manajemen II, hal. 25
[45] Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,2009), hal. 73
[46] Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, hal.80
[47] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.188
[48] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 89
[49] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.188
[50] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.189

[51] Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta:Penerbit Bumi Aksara, 2011), hal.17
[52] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.189-191

[53] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.192

[54] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.190-195

[55] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.193
[56] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.193
[57] Kim Marshall,Rethinking Teacher Supervision and Evaluation, hal.195

1 komentar:

  1. Play at Gold Casino Online Casino - Golden - Casino
    Play at Gold Casino 12bet Online Casino. Find all the best casino 메리트카지노 games and online slots at Gold Casino. Sign up today to play for real cash and get 125 Free Spins for betway

    BalasHapus